BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi
pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita
harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma
darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan
menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah
merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali
ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses
pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena
leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi
seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus
ini. Peran perawat sangat berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan
diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui.
Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih dibandingkan
dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan
menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan
keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan
umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan leukemia
1.2.2 Tujuan khusus
a) Mampu
menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b) Mampu
melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c) Mampu
merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d)
Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
e) Mampu
menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
f) Mampu
menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g) Mampu
menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia
1.3 Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari
pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang
sesungguhnya.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia
adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain(Mansjoer, 2002).
Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan
dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel
darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah
bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel
darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang
di sumsum tulang dan kemudianpindah ke pembuluh darah. Darah mengalir
melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum
tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi
khusus:
a) Sel
darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel
darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit
membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat
khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi
di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti
meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis
Leukemia
1. Leukemia
Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai
sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit,
granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia
Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga
di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak
sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMKjarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip
dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia
Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap
sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal..
4. Leukemia
Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan
kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit lain.
2.1.3
Anatomi Fisiologi
a)
Anatomi
Sel
darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalan tubuh.
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel
darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat
hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi
secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka
bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing,
atau mikroorganisme
penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah
diri atau bereproduksi dengan cara mereka
sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada padasumsum tulang. Leukosit
turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada
beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
(skema
pembelahan sel darah putih)
b)
Fisiologi
Fisiologi
sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah
manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya
lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000
disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : limfosit sel kecil,
sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar
mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler:
Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan
afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap
spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada
sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat
dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat,
tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam
berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan
humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat
dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah
perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan
leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecillekosit,
dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada
jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa
normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat
turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif
dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada
usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi
sel Darah putih
Granulosit
dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka
memakan bakteria hidup yang masuk
ke sistem peredaran darah.
melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20mikroorganisme tertelan
oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan
fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang
terkena infeksi ataucidera, menangkap organisme hidup
dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan
dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang
dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan
dan membuangnya.
Dengan
cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih,
peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh
dalam kinerjanya disebut sel
nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah
lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut
akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.4 Etiologi
Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor
genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi
ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar
zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
4. Obat-obat
imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor
herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomy 21 (Sindrom Down’s),
Trisomi G(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia
positif, Telangiektasis ataksia.
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi
akan mudah atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi
dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering
terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan
leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti
belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah
putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak
diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia
tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya
sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.5
Manisfestasi klinis
Manifestasi
klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek
tidak sembuh-sembuh
b. Pucat,
lesu, mudah terstimulasi
c. Demam
dan anorexia
d. Berat
badan menurun
e. Ptechiae,
memar tanpa sebab
f. Nyeri
abdomen
g. Lumphedenopathy
h. Hepatosplenomegaly
Gejala
yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi
sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura,
kejang pada leukemia serebral(Iman, 1997).
2.1.6
Patofisiologi
Normalnya
tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow
dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit,
eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).
2.1.7
Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan
kemoterapi
2. Irradiasi
cranial
3. Terdapat
tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi
4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b.
Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada
fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat
c.
Konsolidasi
Pada
fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau
bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
4. Program
terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal
(Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum
dengan tindakan:
-
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket
Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka
diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk
mencegah infeksi.
b)
Pengobatan spesifik
Tertama ditunjukkan untuk mengatasi
sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung
pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
-
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang
diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk
mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
-
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara
intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
-
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke
sistem saraf pusat
-
Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan
untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan
untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1
Pengkajian
a.
Data biografi pasien
Leukemia
banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari
20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat
Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada
penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat
penyakit
Pada
riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya
tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji
adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran
testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya
gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat
kebiasaan sehari-hari
Perbedaan
pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e) Riwayat
psikososial
a. Psikologi
Pada
kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap
penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan
perawat.
b. Sosial
Ekonomi
Klien mempunyai
hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya
dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup
dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data
penunjang
Data
laboratorium pada klien dengan leukemia :
- Anemi
normokrom normositer
- Leukosit
>15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik
:kelainan pada kromosom 12,
13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6,
11
- Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
- Trombosit
: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
- SDP :
60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi
dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
-
Transfusi bila perlu
-
Klorambusil
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko
terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri
yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia (Simon, 2003).
2.2.3
Intervensi dan Rasional
a)
Dx. 1
Tujuan
: pasien bebas dari infeksi
Kriteria
hasil :
a.
Normotermia
b.
Hasil kultur negative
c.
Peningkatan penyembuhan
Intervensi
:
1.
Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
2.
Tempatkan klien dalam ruangan
khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya klien dari sumber infeksi
3.
Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit
untuk menggunakan teknik Mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan
pada organisme infektif
4.
Gunakan teknik aseptic yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5.
Evaluasi keadaan klien terhadap
tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6.
Inspeksi membrane mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7.
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional
: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8.
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional
: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9.
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional
: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi
aktifitas
Kriteria
hasil :
-
klien tidak pusing
- Klien
tidak lemah
- HB
12 gr/%
- Leukosit
normal
- Tidak
anemis
Intervensi
:
1
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu
istirahat tanpa gangguan
Rasional
: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
5.
Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional
: transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan
: klien tidak menunjukkan
bukti-bukti perdarahan
Kriteria
hasil : - HB 12gr/%
- Tidak anemis
Intervensi
:
1.
Gunakan semua tindakan untuk mencegah
perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional
: karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah
ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang
luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan
jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan
sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda perdarahan (td menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi
dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari
obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi
fungsi trombosit
7. Ajarkan
orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume
cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien
tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit
baik
- Mukosa bibir
lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum
dimulainya kemoterapi
Rasional :
untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur
pada waktu dan program kemoterapi
Rasional :
untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap
anti emetic
Rasional :
karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang
beraroma menyengat
Rasional :
bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi
sering
Rasional :
karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena
sesuai ketentuan
Rasional :
untuk mempertahankan hidrasi
e) Dx.
5
Tujuan
: pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien
baik
Intervensi :
1. Inspeksi
mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang
segera
2. Hindari
mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan
sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan
pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan
pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap
lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari
penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional
: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang
7. Berikan
diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat
ditoleransi klien
8. Inspeksi
mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
9. Dorong
masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area
nyeri
10. Hindari
penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional
: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah
protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan
obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi
mukositis
12. Berikan
analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx.
6
Tujuan
: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria
hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak
anemis
- Mukosa bibir
lembab
- Nafsu makan
meningkat
- Bb meningkat
Intervensi
:
1.
Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu
makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2
Izinkan klien memakan semua
makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan klien meningkat
Rasional
: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3
Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional
: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4
Izinkan klien untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
Rasional
: untuk mendorong agar klien mau makan
5
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit
tapi sering
Rasional
: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6
Dorong klien untuk makan diet
tinggi kalori kaya nutrient
Rasional
: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7
Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan
kulit trisep
Rasional
: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB
kurang dari normal
g) Dx. 7
Tujuan
: klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala
nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan
skala 0 sampai 5
Rasional
: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.
Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur
(misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan
rasa tidak aman
3.
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan
derajat kesadaran dan sedasi
Rasional
: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.
Lakukan teknik pengurangan nyeri non
farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5.
Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah
kambuhnya nyeri
h) Dx. 8
Tujuan
: klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria
hasil :
- Klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi
:
1.
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama
di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini
cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah
posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan
dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan
tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji
kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit
kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan
pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau
trauma kulit
6. Dorong
masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negative
7. Anjurkan
memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi
tambahan
i) Dx. 9
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria
hasil :
- Keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari
perawat
Intervensi
:
1.
Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional
: karena hilangnya perlindungan rambut
2.
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis
itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional
: untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan
bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional
: untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian
yang menarik
Rasional
: untuk meningkatkan penampilan
j)
Dx. 10
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Kriteria hasil
: - Klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien
dan keluarga tidak cemas
Intervensi
:
1.
Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan
waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan
ekspresi perasaan
3. Bantu
keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klienmenjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan
perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai
kehidupan kliensebelum diagnosa dan
prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional
: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan
bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional
: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari
untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya
rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi
keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia
adalah :
a.
Klien tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi
b.
Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari
sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c.
Klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan.
d.
Klien menyerap makanan dan cairan, anak
tidak mengalami mual dan muntah
e.
Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan
tidak adanya rasa tidak nyaman
f.
Masukan nutrisi adekuat
g.
Klien beristirahat dengan tenang,
tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak
mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h.
Kulit tetap bersih dan utuh
i.
Klien mengungkapkan masalah yang
berkaitan dengan kerontokan rambut, klienmembantu menentukan metode untuk
mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.
Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman
tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang
penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k.
Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan
kontak keperawatan, keluarga dan klienmendiskusikan rasa takut,
kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan
keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
2.3 Tinjauan Kasus
No.
Reg : 111234
Tanggal
masuk : 10-11-2010
Tanggal
Dikaji : 10-11-2010
Ruangan : Melati
Diagnosa
Medis : Leukemia
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Tn. Z
Umur :
27 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Alamat
: Sukamerindu
Pendidikan : SMA
Agama
: Islam
Anak
ke : 1
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.K
Umur
: 50 tahun
Jenis
Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sukamerindu
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hub dengan
klien : Ibu kandung
b. Keluhan Utama
Klien
datang dengan keluhan utama demam,
lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien
Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai
dengan nafsu makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut
dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan akhir-akhir ini
sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan
pengkajian tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati
didapatkan bahwa klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat
berdiri dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Sebelumnya
klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat
ini.
3. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien
pernah menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang sedang diderita klien
saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan
Umum : Lemah
b) Kesadara : Compos Mentis
c) TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 108x/menit
S : 38,50C
RR :
18x/menit
GCS : E =
4
M =
6
V =
5
JUMLAH
: 15
d) Kepala
:
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi
: Tidak terdapat benjolan.
e) Mata :
Inspeksi :
Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f) Hidung :
Inspeksi :
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g) Mulut :
Inspeksi
: Mukosa bibir kering, pucat, tidak
terdapat lesi.
h) Telinga :
Inspeksi :
Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i)
Leher :
Inspeksi :
warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran
venajugolaris pada leher
j)
Dada/Thorak :
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan, pengembangan
paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi :
Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi
: Pernapasan bronchovesiculer.
k) Abdomen
:
Inspeksi
: Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi
: terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi
: Bising usus 20x/menit.
Perkusi :
Bunyi tympani.
l) Genetalia
:
Inspeksi : Tidak
terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi,bentuk simetris.
Palpasi : Tidak
terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m) Extremitas
:
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep
baik.
Bawah
: Pergerakan lemah, reflek patela
baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit
: pucat , turgor buruk, texture halus.
e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya.
Hubungan klien dengan keluarga baik. Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di
Rumah Sakit.
2. Sosial
dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta,
banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup,
sebelum sakit klien sering beribadah.
f. Data
Penunjang
Hb : 9,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Leukosit : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP
: 60.000/cm (50.000)
PT/PTT
: memanjang
Copper
serum : meningkat
Zink
serum : menurun
Kebiasaan
Sehari-hari
No
|
KEBIASAAN
|
DIRUMAH
|
DIRUMAH SAKIT
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
A. Nutrisi
- Makanan
Frekuensi
Jenis
Masalah
- Minum
Frekuensi
Jenis
Kebiasaan minum kopi
Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
BAK
Frekuensi
Warna
Gangguan BAK
Jumlah
Bau
Istirahat dan tidur
Tidur siang
Tidur malam
Gangguan tidur
Personal Hygiene
- Mandi
Frekuensi
Pakai Sabun
- Cuci Rambut
Frekuensi
Pakai shampo
- Sikat gigi
Frekuensi
Pakai pasta
Kebersihan
Aktivitas sehari-hari
|
3X sehari
1 porsi
Nasi + sayur
Tidak ada
6-7 gelas / hari
Air putih
Tidak ada
1x sehari
Lembek
Kuning
Khas
2 x sehari
Kuning
Tidak ada
1500 cc
Khas
Jarang
6-7 jam / hari
Tidak ada
2x / hari
Ya
3x / minggu
Ya
2x / hari
Ya
Aktivitas klien
dilakukan secara mandiri
|
3X sehari
1/2 porsi
Nasi + Sayur
ada
2-3 gelas / hari
Air putih
Tidak ada
1x sehari
Agak keras
Kuning
Khas
1x sehari
Kuning
Tidak ada
1000 cc
Khas
4-5 jam / hari
5-6 jam / hari
Tidak ada
Hanya di Lap
Tidak
Tidak pernah
Tidak
Tidak pernah
Tidak pernah
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
|
ANALISA DATA
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
No.
|
Data Senjang
|
Interpretasi Data
|
Masalah
|
1.
2.
|
DS :
-
Klien mengeluh badannya terasa lemah
- Klien
mengatakan tidak nafsu makan
- klien mengatakan mual dan muntah
DO :
- Klien
tampak gelisah
- Klien
tampak pucat dan lemah
- Turgor
kulit jelek
- Mukosa
bibir kering
- BB
awal 55kg
- BB
sekarang 49kg
- TB
160cm
DS :
- Kilen mengatakan pusing
- Klien
mengatakan badannya lemah
- Klien
mengatakan berkunang saat berdiri
- Klien
mengatakan mengalami tanda-tanda ini sejak 5 bulan terakhir.
- HB 9,3 gr / %
- Leukosit
24000/mm3
DO :
- Klien
tampak lemah
- Klien
tampak pucat
- Klien
tampak anemis
- Aktivitas
klien tampak dibantu
|
Sel mesenkim
↓
Sel blast, mioblast
↓
Proliferasi SDP immatur
↓
Akumulasi
↓
Infiltrasi
↓
Hati
↓
Hematomegali
↓
Gg nutrisi
Kegagalan sumsum
tulang belakang
↓
Produksi eritrosit
menurun
↓
Transfor nutrisi kejaringan menurun
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi aktivitas
|
Gangguan nutrisi
Intoleransi aktivitas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Paraf
|
Tanggal teratasi
|
Paraf
|
1.
2.
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
samping kemoterapi dan atau stomatitis
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia |
10-11-10
10-11-10 |
ji
ji
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
No
dx
|
Tgl/jam
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
Paraf
|
1
|
10-11-10/
14.00
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Klien tidaktampak gelisah
- Klien tidakpucat dan lemah
- Turgor
kulit baik
- Mukosa
bibir lembab
- Tidak
anoreksia
- BB
meningkat
|
1. Dorong klien untuk
tetap rilekssaat makan
2. Izinkan klien memakan
semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makanklien meningkat
3. Berikan
makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual
4. Izinkan klien untuk
terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5. Dorong
masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapisering
6. Dorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7. Timbang
BB, ukur TB
|
1. Jelaskan
bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta
kemoterapi
2. Untuk
mempertahankan nutrisi yang optimal
3. untuk
memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Untuk
mendorong agar klien mau makan
5. Karena
jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. kebutuhan
jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk
sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan
kalori dan protein yang adekuat
7. membantu
dan mengidentifikasikan malnutrisi kalori, khususnya bila BB kurang dari
normal
|
Ji
|
2
|
11-10-10
15.00 |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri. DenganKriteria hasil :
- Kilen tidak pusing
- Klien
tidak lemah
- Klien
tidak berkunang saat berdiri
- HB 12 gr / %
- Leukositnormal
- Klien
tidak tampak pucat
- Klien
tidak tampak anemis
|
1. Evaluasi
laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari
2. Berikan
lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
3. Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
4. Berikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
5. Kolaborasikan
dengan pemberian transfusi darah
|
1. Menentukan
derajat dan efek ketidakmampuan
2. Menghemat
energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Mengidentifikasi
kebutuhan individual dan membantupemeliharaan intervensi
4. Memaksimalkan
sediaan energi untuk tugas perawatan diri
Pemberian transfusi darah akan meningkatkan
kadar hemoglobin di dalam darah
|
ji
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
Tgl/jam
|
No
|
Tindakan Keperawatan
|
Respon hasil
|
Paraf
|
10-11-10
14.30 15.30 |
1
2 |
1. Mendorong klien untuk
tetap rileks saat makan
2. Mengizinkan klien memakan
semua makanan yang dapat ditoleransi,merencanakan untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makanklien meningkat
3. Memberikan
makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual
4. Mengizinkan klien untuk
terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5. Mendorong
masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6. Mendorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7. Menimbang
BB dan mengukur TB
1. Mengevaluasi
laporan kelemahan,memperhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalamaktifitas sehari-hari
2. Memberikan
lingkungan tenang dan memerlukanistirahat tanpa gangguan
3. Mengkaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
4. Memberikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
5. Mengkolaborasikan
pemberian transfusi darah
|
- Klien
makan dengan rileks
- Klien
hanya menghabiskan 3/4 porsi makanannya
- Nutrisi
klien tercukupi
- Klien
memilih sendiri makanan yang ia inginkan sesuai dengan diit yang telah
disarankan
- Klien
ingin memakan makanannya
- Nutrisi
klien tercukupi
- BB
klien 52kg dan TB 160cm
- Klien
tampak masih berbaring di tempat tidur
- Lingkungan
tenang, klien merasa nyaman
- Klien
tampak bersemangat
- Klien
mengikuti instruktur yang diberikan
- Hb
klien meningkat
|
ji
ji |
EVALUASI
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
Tgl
|
No dx
|
Perkembangan
|
Paraf
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
13-11-10
13-11-10 |
1
2
|
S = -
Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi sedikit
- klien mengatakan tidak mual dan muntah
O =- Klien masih tampak pucat dan lemah
- Turgor
kulit baik
- Mukosa
bibir lembab
- BB
awal 55kg
- BB
sekarang 52kg
- TB
160cm
A
= Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
S
= - Kilen mengatakan
pusing
- HB 10 gr / %
- Leukosit 12.000/mm3
TD :
120/70 mmHg
N : 95x/menit
S
: 37,50C
RR :
18x/menit
O =- Klien
tampak lemah
- Klien
tampak pucat
- KMETODELOGI
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN LEUKIMIA”
Dosen Pembimbing : Ns. Ari Susiani, M.kep
Disusun Oleh :
1.
Aldy
Ramadhan. R (16002)
2.
Catarina
Dirsia (16012)
3.
Della
Anggreni (16013)
4.
Diyana
Ratna Dewi (16016)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA TAHUN AKADEMIK
2016-2017
KATA
PENGANTAR
Kami panjantkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Sistem
Kardiovaskuler yang berjudul Insufisiensi Mitral. Selesainya penyusunan ini
berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat kepada :
1.
Ibu Rusmawati Sitorus S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi
Keperawatan Harum Jakarta
2.
Ibu Ns. Wiwik Sofia, APP, M.kep selaku wali kelas tingkat II
3.
Ibu Ns. Ari Susiani, M.kep selaku dosen dari mata kuliah yang telah meluangkan
waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan makalah ini.
4.
Rekan-rekan angkatan XVIII Akademi Keperawatan Harum Jakarta
5.
Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuann
serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan
balik yang positif demi perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah
ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta,Desember 2017
Kelompok 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi
pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita
harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma
darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan
menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah
merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali
ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses
pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena
leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi
seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus
ini. Peran perawat sangat berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan
diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui.
Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih dibandingkan
dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan
menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan
keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan
umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan leukemia
1.2.2 Tujuan khusus
a) Mampu
menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b) Mampu
melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c) Mampu
merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d)
Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
e) Mampu
menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
f) Mampu
menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g) Mampu
menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia
1.3 Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari
pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang
sesungguhnya.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia
adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain(Mansjoer, 2002).
Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan
dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel
darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah
bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel
darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang
di sumsum tulang dan kemudianpindah ke pembuluh darah. Darah mengalir
melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum
tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi
khusus:
a) Sel
darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel
darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit
membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat
khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi
di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti
meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis
Leukemia
1. Leukemia
Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai
sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit,
granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia
Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga
di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak
sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMKjarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip
dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia
Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap
sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal..
4. Leukemia
Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan
kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit lain.
2.1.3
Anatomi Fisiologi
a)
Anatomi
Sel
darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalan tubuh.
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel
darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat
hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi
secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka
bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing,
atau mikroorganisme
penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah
diri atau bereproduksi dengan cara mereka
sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada padasumsum tulang. Leukosit
turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada
beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
(skema
pembelahan sel darah putih)
b)
Fisiologi
Fisiologi
sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah
manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya
lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000
disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : limfosit sel kecil,
sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar
mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler:
Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan
afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap
spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada
sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat
dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat,
tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam
berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan
humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat
dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah
perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan
leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecillekosit,
dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada
jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa
normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat
turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif
dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada
usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi
sel Darah putih
Granulosit
dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka
memakan bakteria hidup yang masuk
ke sistem peredaran darah.
melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20mikroorganisme tertelan
oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan
fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang
terkena infeksi ataucidera, menangkap organisme hidup
dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan
dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang
dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan
dan membuangnya.
Dengan
cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih,
peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh
dalam kinerjanya disebut sel
nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah
lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut
akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.4 Etiologi
Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor
genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi
ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar
zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
4. Obat-obat
imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor
herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomy 21 (Sindrom Down’s),
Trisomi G(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia
positif, Telangiektasis ataksia.
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi
akan mudah atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi
dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering
terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan
leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti
belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah
putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak
diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia
tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya
sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.5
Manisfestasi klinis
Manifestasi
klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek
tidak sembuh-sembuh
b. Pucat,
lesu, mudah terstimulasi
c. Demam
dan anorexia
d. Berat
badan menurun
e. Ptechiae,
memar tanpa sebab
f. Nyeri
abdomen
g. Lumphedenopathy
h. Hepatosplenomegaly
Gejala
yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi
sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura,
kejang pada leukemia serebral(Iman, 1997).
2.1.6
Patofisiologi
Normalnya
tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow
dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit,
eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).
2.1.7
Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan
kemoterapi
2. Irradiasi
cranial
3. Terdapat
tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi
4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b.
Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada
fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat
c.
Konsolidasi
Pada
fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau
bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
4. Program
terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal
(Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum
dengan tindakan:
-
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket
Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka
diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk
mencegah infeksi.
b)
Pengobatan spesifik
Tertama ditunjukkan untuk mengatasi
sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung
pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
-
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang
diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk
mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
-
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara
intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
-
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke
sistem saraf pusat
-
Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan
untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan
untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1
Pengkajian
a.
Data biografi pasien
Leukemia
banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari
20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat
Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada
penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat
penyakit
Pada
riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya
tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji
adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran
testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya
gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat
kebiasaan sehari-hari
Perbedaan
pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e) Riwayat
psikososial
a. Psikologi
Pada
kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap
penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan
perawat.
b. Sosial
Ekonomi
Klien mempunyai
hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya
dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup
dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data
penunjang
Data
laboratorium pada klien dengan leukemia :
- Anemi
normokrom normositer
- Leukosit
>15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik
:kelainan pada kromosom 12,
13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6,
11
- Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
- Trombosit
: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
- SDP :
60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi
dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
-
Transfusi bila perlu
-
Klorambusil
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko
terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri
yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia (Simon, 2003).
2.2.3
Intervensi dan Rasional
a)
Dx. 1
Tujuan
: pasien bebas dari infeksi
Kriteria
hasil :
a.
Normotermia
b.
Hasil kultur negative
c.
Peningkatan penyembuhan
Intervensi
:
1.
Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
2.
Tempatkan klien dalam ruangan
khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya klien dari sumber infeksi
3.
Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit
untuk menggunakan teknik Mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan
pada organisme infektif
4.
Gunakan teknik aseptic yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5.
Evaluasi keadaan klien terhadap
tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6.
Inspeksi membrane mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7.
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional
: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8.
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional
: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9.
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional
: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi
aktifitas
Kriteria
hasil :
-
klien tidak pusing
- Klien
tidak lemah
- HB
12 gr/%
- Leukosit
normal
- Tidak
anemis
Intervensi
:
1
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu
istirahat tanpa gangguan
Rasional
: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
5.
Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional
: transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan
: klien tidak menunjukkan
bukti-bukti perdarahan
Kriteria
hasil : - HB 12gr/%
- Tidak anemis
Intervensi
:
1.
Gunakan semua tindakan untuk mencegah
perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional
: karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah
ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang
luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan
jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan
sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda perdarahan (td menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi
dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari
obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi
fungsi trombosit
7. Ajarkan
orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume
cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien
tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit
baik
- Mukosa bibir
lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum
dimulainya kemoterapi
Rasional :
untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur
pada waktu dan program kemoterapi
Rasional :
untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap
anti emetic
Rasional :
karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang
beraroma menyengat
Rasional :
bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi
sering
Rasional :
karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena
sesuai ketentuan
Rasional :
untuk mempertahankan hidrasi
e) Dx.
5
Tujuan
: pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien
baik
Intervensi :
1. Inspeksi
mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang
segera
2. Hindari
mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan
sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan
pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan
pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap
lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari
penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional
: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang
7. Berikan
diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat
ditoleransi klien
8. Inspeksi
mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
9. Dorong
masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area
nyeri
10. Hindari
penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional
: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah
protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan
obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi
mukositis
12. Berikan
analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx.
6
Tujuan
: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria
hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak
anemis
- Mukosa bibir
lembab
- Nafsu makan
meningkat
- Bb meningkat
Intervensi
:
1.
Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu
makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2
Izinkan klien memakan semua
makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan klien meningkat
Rasional
: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3
Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional
: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4
Izinkan klien untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
Rasional
: untuk mendorong agar klien mau makan
5
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit
tapi sering
Rasional
: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6
Dorong klien untuk makan diet
tinggi kalori kaya nutrient
Rasional
: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7
Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan
kulit trisep
Rasional
: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB
kurang dari normal
g) Dx. 7
Tujuan
: klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala
nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan
skala 0 sampai 5
Rasional
: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.
Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur
(misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan
rasa tidak aman
3.
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan
derajat kesadaran dan sedasi
Rasional
: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.
Lakukan teknik pengurangan nyeri non
farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5.
Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah
kambuhnya nyeri
h) Dx. 8
Tujuan
: klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria
hasil :
- Klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi
:
1.
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama
di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini
cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah
posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan
dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan
tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji
kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit
kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan
pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau
trauma kulit
6. Dorong
masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negative
7. Anjurkan
memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi
tambahan
i) Dx. 9
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria
hasil :
- Keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari
perawat
Intervensi
:
1.
Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional
: karena hilangnya perlindungan rambut
2.
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis
itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional
: untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan
bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional
: untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian
yang menarik
Rasional
: untuk meningkatkan penampilan
j)
Dx. 10
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Kriteria hasil
: - Klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien
dan keluarga tidak cemas
Intervensi
:
1.
Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan
waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan
ekspresi perasaan
3. Bantu
keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klienmenjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan
perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai
kehidupan kliensebelum diagnosa dan
prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional
: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan
bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional
: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari
untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya
rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi
keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia
adalah :
a.
Klien tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi
b.
Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari
sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c.
Klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan.
d.
Klien menyerap makanan dan cairan, anak
tidak mengalami mual dan muntah
e.
Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan
tidak adanya rasa tidak nyaman
f.
Masukan nutrisi adekuat
g.
Klien beristirahat dengan tenang,
tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak
mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h.
Kulit tetap bersih dan utuh
i.
Klien mengungkapkan masalah yang
berkaitan dengan kerontokan rambut, klienmembantu menentukan metode untuk
mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.
Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman
tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang
penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k.
Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan
kontak keperawatan, keluarga dan klienmendiskusikan rasa takut,
kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan
keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
2.3 Tinjauan Kasus
No.
Reg : 111234
Tanggal
masuk : 10-11-2010
Tanggal
Dikaji : 10-11-2010
Ruangan : Melati
Diagnosa
Medis : Leukemia
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Tn. Z
Umur :
27 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Alamat
: Sukamerindu
Pendidikan : SMA
Agama
: Islam
Anak
ke : 1
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.K
Umur
: 50 tahun
Jenis
Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sukamerindu
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hub dengan
klien : Ibu kandung
b. Keluhan Utama
Klien
datang dengan keluhan utama demam,
lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien
Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai
dengan nafsu makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut
dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan akhir-akhir ini
sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan
pengkajian tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati
didapatkan bahwa klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat
berdiri dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Sebelumnya
klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat
ini.
3. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien
pernah menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang sedang diderita klien
saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan
Umum : Lemah
b) Kesadara : Compos Mentis
c) TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 108x/menit
S : 38,50C
RR :
18x/menit
GCS : E =
4
M =
6
V =
5
JUMLAH
: 15
d) Kepala
:
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi
: Tidak terdapat benjolan.
e) Mata :
Inspeksi :
Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f) Hidung :
Inspeksi :
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g) Mulut :
Inspeksi
: Mukosa bibir kering, pucat, tidak
terdapat lesi.
h) Telinga :
Inspeksi :
Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i)
Leher :
Inspeksi :
warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran
venajugolaris pada leher
j)
Dada/Thorak :
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan, pengembangan
paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi :
Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi
: Pernapasan bronchovesiculer.
k) Abdomen
:
Inspeksi
: Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi
: terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi
: Bising usus 20x/menit.
Perkusi :
Bunyi tympani.
l) Genetalia
:
Inspeksi : Tidak
terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi,bentuk simetris.
Palpasi : Tidak
terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m) Extremitas
:
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep
baik.
Bawah
: Pergerakan lemah, reflek patela
baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit
: pucat , turgor buruk, texture halus.
e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya.
Hubungan klien dengan keluarga baik. Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di
Rumah Sakit.
2. Sosial
dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta,
banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup,
sebelum sakit klien sering beribadah.
f. Data
Penunjang
Hb : 9,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Leukosit : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP
: 60.000/cm (50.000)
PT/PTT
: memanjang
Copper
serum : meningkat
Zink
serum : menurun
Kebiasaan
Sehari-hari
ANALISA DATA
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
EVALUASI
Nama
: Tn. Z Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun No. Register : 111234
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari
pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang terjadi
pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita
harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia.Dan kepadapembaca dan penulis bisa lebih memahami materi
mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan
dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini
banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dari
teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran
yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari
teman-teman kami ucapkan terima kasih.
onjungtiva
tampak anemis
- Aktivitas
klien tampak dibantu
A
= masalah teratasi sebagian
P
= intervensi dilanjutkan
|
ji
ji
|
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari
pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang terjadi
pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita
harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia.Dan kepadapembaca dan penulis bisa lebih memahami materi
mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan
dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini
banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dari
teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran
yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari
teman-teman kami ucapkan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar