
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT ANEMIA
DOSEN PENGAJAR : Ns.
Ari Susiani, M.Kep
Disusun Oleh : Alayya ( 16001)
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
Tahun 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Angina
Pectoris” ini tepat pada waktu yang ditentukan. Pembuatan makalah ini tentunya
mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Kami
mengucapkan trimaksih kepada:
1. Ibu
Rosmawati, S.Pd,S.Kep.MA selaku Direktur Akper Harum jakarta.
2. Ibu
Ns.Wiwik Sofiah APP.,M.Kep selaku wali kelas tingkat 2.
3. Ibu
Ns. Ari Susiani M.Kep selaku dosen pembimbing mata ajar.
4. Orang
tua yang telah memberikan dukungan sepenuhnya baik material maupun spiritual.
5. Teman-teman
yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan selama menulis Makalah ini.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karna itu kami sangat menghargai
akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian
yang dapat saya sampaikan,semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kami semua.
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR
ISI.............................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan
Penulisan .................................................................................. 3
1.3 Sumber
Informasi ................................................................................. 3
1.4 Sistematika
Penulisan ........................................................................... 4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Fisiologi ........................................................................... 5
1. Anatomi
Darah .......................................................................... 5
2. Fisiologi
..................................................................................... 8
B. Pengertian
Anemia ......................................................................... 8
C. Patofisiologi
................................................................................... 9
1.
Etiologi ................................................................... 10
2.
Manifestasi Klinik .................................................. 11
3.
Komplikasi ............................................................. 11
D. Pemeriksaan
Diagnostik atau penunjang ........................................ 12
E. Penatalaksanaan
medis ................................................................... 12
BAB
III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
..................................................................................... 24
B. Diagnosa
Keperawatan ................................................................. 32
C. Rencana
Keperawatan Secara Teoritis .......................................... 33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 41
B. Saran
............................................................................................... 42
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui anemia
merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal
(Soebroto, 2010). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di
Negara berkembang (Developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Di Indonesia, anemia gizi masih
merupakan salah satu masalah kesehatan di samping masalah-masalah gizi yang
lainnya, yaitu: kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik
(Arisman, 2007). Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) juga umum
terjadi, sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita post partum dari keluarga
miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Anemia gizi disebabkan
oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12, yang kesemuanya
berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan
kecacingan yang masih tinggi (Arisman, 2007).
Penyebab anemia gizi besi, selain
karena adanya pantangan terhadap makanan hewani faktor ekonomi merupakan
penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat
mengkonsumsi lauk hewani dalam sekali makan. Padahal pangan hewani merupakan
sumber zat besi yang tinggi absorbsinya (Waryana, 2010). Data Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia adalah 70% mengalami anemia sedangkan di Sumatera Barat jumlah ibu
hamil yang mengalami anemia sebesar 69% (Dinkes Sumbar, 2008). Dari hasil
laporan Dinas Kesehatan Pasaman Barat tahun 2008 kejadian anemia pada ibu hamil
adalah 19,7%, tahun 2009 sebanyak 12,5% dan tahun 2010 sebanyak 9,2%. Ibu hamil
yang mengalami anemia di wilayah kerja UPTDK 3 Puskesmas Desa Baru tahun 2008 sebanyak
28,5%, tahun 2009 sebanyak 24,3% dan tahun 2010 sebanyak 21,1%.
Sebagian besar anemia di
Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat kekurangan besi dan perhatian
yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis anemia divisiensi di
Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281).
Tablet besi sangat diperlukan
pada ibu hamil untuk pembentukan hemoglobin, sehingga pemerintah Indonesia
mengatasinya dengan mengadakan pemberian suplemen besi untuk ibu hamil mulai
tahun 1974, namun hasilnya belum memuaskan (Depkes, 2003). Karena Anemia gizi
besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi
paling tinggi pada ibu hamil (70%), dan pekerja yang berpenghasilan rendah
(40%). Sedangkan prevalensi pada anak sekolah sekitar 30% serta pada balita
sekitar 40% (Supariasa, 2002).
Berdasarkan data Rekam Medik RSUD
Prof. Margono Soekarjo diperoleh data mengenai jumlah kasus anemia pada tahun
2008 sebanyak 186 kasus, 2009 sebanyak 320 kasus, 2010 sebanyak 533 kasus dan
2011 sebanyak 467 kasus. Untuk tahun 2012 sejak bulan Januari sampai dengan Mei
sebanyak 132 kasus.
Untuk
mengatasi permasalahan ini diperlukan kerjasama berbagai pihak yang dapat
membantu pasien mengatasi penyakit ini baik itu keluarga, masyarakat dan tenaga
kesehatan. Sebagai perawat, pelayanan keperawatan yang dapat kita lakukan untuk
membantu menangani penyakit ini yaitu mulai dari promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitasi dalam aplikasi pelayanan keperawatan dan carring untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan dari pelayanan keperawatan. Selain itu, Peran
perawat sebagai pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan memberikan metode
dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang profesional, akurat, dan
meningkatkan kualitas layanan. Salah satunya memenuhi kebutuhan aktifitas yang
tepat dan akurat dalam mempertahankan
B.
Tujuan Penulisan
Dengan adanya peran
perawat tersebut maka kelompok mengambil judul tersebut dengan tujuan :
1. Tujuan umum
Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Anemia.
Untuk
mengetahui Asuhan keperawatan pada klien Anemia.
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui Anatomi fisiologi Darah
b. Dapat mengetahui definisi Anemia
c. Dapat mengetahui etiologi Anemia.
d. Dapat mengetahui Patofisiologi Anemia
e. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anemia
f. Dapat mengetahui penatalaksanaan Anemia
g. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Anemia
h. Dapat mengetahui komplikasi Anemia
i.
Dapat
mengetahui pathway Anemia
j.
Dapat
mengetahui konsep keperawatan Anemia
k. Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada
gangguan Anemia.
C. Sumber
Informasi
Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunakan sistem kepustakaan yaitu dengan
membaca, mempelajari, dan memahami buku dan sumber lain untuk mendapatkan
hasil tentang pengertian Angina Pectoris, etiologi, anatomi fisiologi dan
Asuhan keperawatan tentang Angina Pectoris. Selain itu, kelompok juga membaca
dari sumber internet.
D. Sistematika
Penulisan
Bab I
: pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II
: tinjauan
pustaka yang terdiri dari : konsep dasar, pengertian angina pectoris, anatomi
dan fisiologi jantung, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan medis, konsep keperawatan.
Bab III : penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Darah

Menurut
Tarwoto (2009, hal. 313) anatomi darah manusia adalah
sebagai berikut :
a. Darah
Darah
merupakan komponen esensial mahkluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler,
karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh
dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat
nutrein dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme
melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi
pembekuan darah.
b. Karakteristik darah
Karakteristik umum darah
meliputi warna, viskositas, pH, Volume dan kompisisinya; Warna, darah arteri
berwarna merah muda karena banyak oksigenyang berkaitan dengan hemoglobin dalam
sel darah merah. Viskositas, viskositas darah 3/4 lebih tinggi dari pada
viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066. pH, pH darah bersifat alkaline
dengan pH 7.35 sampai dengan 7.45 (netral 7.00). Volume, pada orang dewasa
volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
Komposisi, darah tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma darah dan
sel-sel darah.
c. Struktur
sel darah
Sel darah merah berbentuk
cakram bikonkaf dengan diameter sekitar7.5 mikron, tebal bagian tepi dan
bagian tengahnya 1 mikron atau kurang. tersusun atas membran yang sangat
tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida dan
sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel darah merah matang mengandung
200-300 juta hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan
protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari
protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim
seperti G6PD (glucose 6 – phosphate dehydogenase).
d. Haemoglobin
Hemoglobin adalah protein
berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada
laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M Hinchliff,1996). Rata-rata
konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah 32g/dl.
e. Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-10000 sel/mm3.
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang bergranulosit dan
yang agranulosit.
f. Trombosit
Trombosit merupakan sel tak
berinti, berbentuk cakram dengan diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel
raksasa berinti banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada
keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL darah dan mempunyai
masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Trombosit tersusun atas
substansi fospolifid yang penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan
pembuluh darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak. Trombosit
diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80% beredar disirkulasi darah
hanya 20% yang disimpan dalam limpa sebagai cadangan.
2. Fisiologi
a. Transport internal
1) Darah
membawa berbagai macam substansi untuk fungsi metabolisme.
2) Respirasi. Gas oksigen dan
karbondioksida dibawah oleh hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma,
kemudian terjadi pertukaran gas di paru-paru.
3) Nutrisi, nutrient/zat gizi
diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan
lain yang digunakan untuk metabolisme.
4) Sekresi. Hasil metabolisme
dibawa plasma kedunia luar melalui ginjal.
b. Proteksi
tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel darah
putih.
B. Definisi Anemia
Menurut Corwin (2009. Hal
410), Anemia adalah penurunan kuantitas sel sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya. Menurut
Baughman, (2000. Hal 22) Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah
merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal.
Menurut Mansjoer (2000. Hal
547) menyatakan anemia defesiensi besi adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin dan/atau hitung ertrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan
sebagai anemia bila hemoglobin < 14 g/dl dan hematokrit < 41% pada pria
atau hemoglobin < 12 g/dl dan hematokrit < 37% pada wanita.
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa anemia
adalah Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel.
C. Patofisiologi
Menurut Tarwoto (2008. Hal
43), Patofisiologi pada klien anemia ialah Zat besi masuk dalam tubuh melalui
makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa : senyawa
fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan enzim–enzim, senyawa
besi transportasi yaitu dalam bentuk transportasi dan senyawa besi
cadangan seperti ferritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan
akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga
mudah untuk diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas
terapi berikatan dengan molekul protein menbebtuk ferritin, komponen proteinnya
disebut apoferritin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk
ferro berikatan dengan protein membentuk transferin, komponen proteinnya
disebut apotransferin, dalam darah disebut serotransferin.
Zat besi yang berasal dari
makanan seperti daging, hati, telor, sayuran hiaju dan buah – buahan diabsorpsi
di usus halus. Rata – rata dari makanan yang masuk mengandung 10 – 15 mg zat
besi, tetapi hanya 5 – 10 % yang dapat diabsorpsi. Penyerapan zat besi ini
dipengaruhi oleh faktor adanya protein hewani dan vitamin C. sedangkan yang
menghambat serapan adalah kopi, the, garam kalsium dan magnesium, karena
bersifat mengikat zat besi. Menurut asupan zat besi yang merupakan unsur utama
pembentuk hemoglobin maka kadar/produksi hemoglobin juga akan menurunn.
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)
1. Etiologi
Penyebab Anemia menurut Tarwoto (2008. Hal 36) ialah sebagai berikut:
a. Genetik; hemoglobinopati, thalasemia, abnormal
enzim glikolitik, fanconi anemia.
b. Nutrisi; defisiensi besi, defisiensi asam folat,
defisiensi cobal/vitamin B12, alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi.
c. Perdarahan.
e. Infeksi; hepatitis, cytomegalovirus, parvovirus,
clostridia, sepsis gram negatif, malaria, toksoplasmosis.
f. Obat obatan dan zat kimia; agen
chemoterapi, anticonvulsant, antimetabolis, kontra sepsi, zat kimia toksik.
g. Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome
uremik hemolitik.
h. Efek fisik; trauma, luka bakar, gigitan ular.
i. Penyakit kronis dan malgna; penyakit ginjal dan
hati, infeksi kronis, neoplasma.
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum anemia disebabkan penurunan pengaturan oksigen ke
jaringan tubuh dan kerusakan metabolisme serta peningkatan kebutuhan oksigen
pada sistem tubuh. Tanda dan gejala tersebut, di antaranya : Lemah
dan letih. Sesak nafas, terutama adanya usaha napas. Pusing. Takikardia dan
palpitasi. Angina pektoris dan gagal jantung kongestif, terutama pada lansia.
Kulit dan membrane mukosa pucat, terutama membran konjungtiva. Kulit pucat
sangat terlihat pada orang berkulit putih, sedangkan pada individu berkulit gelap,
pucat hanya dapat di identifikasi pada membran mukosa. Pengaruh, tanda, dan
gejala umum lainnya ditentukan oleh jenis anemia tertentu. Sebagai contoh, kuku
‘’ berbentuk sendok ‘’ pada seseorang yang mengalami anemia defisiensi zat besi
berat (Broker 2009. Hal 122).
3. Komplikasi
Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh
Tarwoto, dkk (2010), komplikasi dari Anemia yaitu :
a.
Gagal
jantung kongesif
b.
Parestesia
c.
Konfusi
Kanker
d.
Penyakit
ginjal
e.
Penyakit
infeksi kuman.
D.
Pemeriksaan Diagnostik atau penunjang
Menurut Tarwoto (2008. Hal
40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut.
a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari
unsur darah ( sel darah merah, sel darah putih dan tronbosit ) dalam volume
darah tertentu, dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter kubik ( mm3 ).
b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan
karakteristik morfologi darah maupun jumlah sel darah.
c. Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel
padat, menunjukkan volume darah lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini
menunjukkan presentasi sel darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 /
100ml.
g. Hitung
leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h. Hitung
trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
E.
Penatalaksanaan Medis
a. Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan
terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik diberikan transfuse
packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat
pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia
(Keperawatan Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB
terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam
ferro sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah dan
memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang efektif
dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat, sementara itu keluarga
harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih
baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai.
c.
Anemia Hemolitik
Anemia
hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan prednisone 1 -2
mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup, transfuse harus diberikan dengan
hati – hati. Apabila prednisone tidak efektif dalam menanggulangi kelainan itu,
atau penyakit mengalami kekambuhan dalam periode tapperingoff dari prednisone
maka dianjurkan untuk dilakukan splektomi. Apabila keduanya tidak menolong,
maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif.
Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500 mg/kg/BB/hari selama 1 – 4 hari )
(Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552). Anemia hemolitik karena
kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.
( Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1713).
Klasifikasi dari Anemia
Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) Anemia terbagi
kedalam beberapa kategori yaitu :
a. Anemia
mikrositik hipokrom dibagi atas dua bagian yaitu;
1) Anemia
defisiensi besi; Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong
yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
2) Anemia
penyakit kronis; Penyakit kronis sering menyebabkan anemia, terutama pada
penderita usia lanjut. Keadaan-keadaan seperti infeksi, peradangan dan kanker,
menekan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang
b. Anemia makrositik
dibagi kedalam dua bagian yaitu;
1) Defisiensi
vitamin B12; kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik kekurang B12 akibat faktor instrinsik terjadi karena gangguan
karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun.
Kekurangan vitamin B12 karena faktor instrinsik ini tidak dijumpai diindonesia.
2) Defisiensi
asam folat; asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun daun yang
hijau umumnya berhubungan dengan mal nutrisi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes (2000. Hal
569) asuhan keperawatan pada klien dengan anemia meliputi pengkajian, diagnosa
dan perencanan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Anemia
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis;
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik
stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG,
mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang TPengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi).
Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB). Rambut;
kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas
ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, mis; penolakan transfuse darah.
Gejala : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar,
melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
Tanda ; distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,
tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang,
gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen: sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada
istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda :
serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Pada Penderita Anemia
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah,
dan merubah (a Carpenito, 2000).
Gordon
(1976) mendefinisikan
bahwa diagnosa keperawatan adalah “masalah kesehatan actual dan potensial
dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu dan
mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan”. Kewanangan
tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan dan etik keperawatan yang
berlaku di Indonesia
NANDA menyatakan bahwa diagnosa
keperawatan adalah ”keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat”.
Semua diagnosa
keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut Diagnosa keperawatan
menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi
anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007)
Tujuan Pencatatan
Diagnosa Keperawatan
a. Menyediakan definisi yang tepat yang dapat
memberikan bahasa yang sama dalam memahami kebutuhan klien bagi semua anggota
tim pelayanan kesehatan.
b. Memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan
kesehatan yang lain, dan masyarakat.
c. Membedakan peran perawat dari dokter
atau penyelenggara pelayanan kesehatan lain.
3. Perencanaan keperawatan secara
teoritis
Menurut Kozier et al. (1995)
perencanaan adalah sesuatu yang telah
dipertimbangkan secara mendalam, tahap
yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan
dan pemecahan masalah.
Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi:
penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan,
menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan
keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat
menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas
diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien
(Potter & Perry, 1997).
Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil yang
diharapkan adalah: 1) Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan merupakan
petunjuk untuk intervensi keperawatan pada individu. 2)Tujuan dan kriteria
hasil yang diharapkan menentukan efektivitas dari intervensi keperawatan.
didalamnya terdapat beberapa kolom. Kolom-kolom tersebut terdiri dari
kolom diagnosa keperawatan, kolom tujuan dan kriteria hasil, dan kolom rencana
intervensi keperawatan beserta rasionalnya.Perencanaan
dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun perencanaan
menurut Doengoes (2000. Hal 573) adalah
sebagai berikut :
a. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel kemungkinan
dibuktikan oleh palpitasi, angina. Kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku
dan ramput rapuh. Ektremitas dingin, penurunan haluaran urine, mual/muntah dan distensi abdomen.
Tujuan :
Peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi
adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi: Awasi tanda vital kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional: Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Intervensi: Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan:
kontraindikasi bila ada hipotensi.
Intervensi: Awasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.
Rasional: Dispnea, gemericik menununjukkan
gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi
Intervensi: Selidiki keluhan nyeri
dada/palpitasi.
b. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan kemungkinan
dibuktikan oleh kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan toleransi
aktivitas, lebih banyak memerlukan istirahat/tidur, palpitasi takikardia, peningkatan
TD/respon pernapasan dengan kerja ringan.
Tujuan : Dapat
mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) - menunjukkan penurunan
tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih
dalam rentang normal.
Intervensi: Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional: Mempengaruhi
pilihan intervensi/bantuan.
Intervensi: Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Intervensi: Observasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional: Manifestasi kardiopulmonal
dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Intervensi: Berikan lingkungan tenang,
batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.
c. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah kemungkinan
dibuktikan oleh penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk usia
tinggi dan bangun badan, penurunan lipatan trisep, perubahan pada gusi dan
membran mukosa mulut.
Tujuan : Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil: Menunujukkan
peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal. -
tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi: Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional: Mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi.
Intervensi: Observasi dan catat masukkan
makanan pasien.
Rasional: Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
Intervensi: Timbang berat badan setiap hari.
Rasional: Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
Intervensi: Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau
makan diantara waktu makan.
Rasional : Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
d. Risiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
Tujuan: Dapat
mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil: Mengidentifikasi factor
risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.
Intervensi: Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor,
gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.
Rasional: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan
rusak.
Intervensi: Reposisi secara periodic dan
pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Intervensi: Anjurkan pemukaan kulit kering
dan bersih. Batasi penggunaan
Rasional: Area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit
secara berlebihan.
e. Konstipasi atau Diare
berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek
samping terapi obat kemungkinan
dibuktikan oleh perubahan pada frekuensi karaktristik dan jumlah feses, mual/
muntah dan penurunan napsu makan, gangguan bunyi usus.
Tujuan: Membuat/kembali
pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil: Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
Intervensi: Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan
jumlah.
Rasional: Membantu mengidentifikasi
penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Intervensi: Auskultasi bunyi usus.
Rasional: Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun
pada konstipasi.
Intervensi: Awasi intake dan output
(makanan dan cairan).
Rasional: Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan
atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet.
f. Risiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi. - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
Intervensi: Tingkatkan cuci tangan yang
baik ; oleh pemberi perawatan
Rasional: Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial.Catatan
: pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Intervensi: Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan
luka.
Rasional: Menurunkan
risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Intervensi: Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan
cermat.
Rasional : Menurunkan risiko kerusakan
kulit/jaringan dan infeksi.
3. Implementasi
keperawatan pada anemia
Menurut Carpenito (2009. Hal 57). komponen
implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang
diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada:
Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah
yang telah ada Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien
mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan
gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri.
Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk
mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk
menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu klien
melakukan aktivitasnya sendiri, membantu klien mengidentifikasi risiko atau
masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
4. Evaluasi pada kasus anemia
Menurut Asmadi (2008. Hal 178) Evaluasi
adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi
ditunjukkan untuk : Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K
DIAGNOSA MEDIS: ANEMIA
DIRUANG BEDAH RSUD SINTANG
DIRUANG BEDAH RSUD SINTANG
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal 23
Januari 2012
Resume
Ny.K 35 tahun datang ke RSUD Ade M.
Djoen Sintang, dengan keluhan klien sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat
lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat
badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas,
dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva
tampak pucat, (1-10)Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD
: 110/50 mmHg, Suhu : 360 C,HR : 85x/menit, RR : 27x/menit, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.
Tanggal
Masuk : 22 Januari
2012
Jam
Masuk :
10.30 WIB
Ruang :
Bedah RSUD Ade M. Djoen Sintang
No.
CM :
09.80.56
A. IDENTITAS
KLIEN
Nama :Ny.
K
Umur :35tahun
Jenis
Kelamin :Perempuan
Status
Perkawinan :Menikah
Agama :Islam
Suku/Bangsa/Bahasa :Melayu/WNI/Melayu
Pendidikan :SD
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Alamat :
Jln. Imam Bonjol Kab. Sintang
B. RIWAYAT
KEPERAWATAN
1. Riwayat
Kesehatan saat ini
Klien mengatakan sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat
beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat badannya
sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas.
TTV
TD : 110/50 mmHg,
Suhu : 360 C,
Nadi :85x/menit,
RR : 27x/menit
2.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
klien mengatakan
klien tidak pernah
mengalami penyakit yang serius seperti TBC, kanker, Hepatitis B, dan penyakit
berat lainnya, klien hanya menderita penyakit ringan yang biasa diderita
seperti demam, batuk, dan pilek, kemudian klien pergi berobat ke puskesmas
kemudian sembuh".
3.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tidak mempunyai riwayat
penyakit keturuan.
4.
Riwayat Psikologi dan Spritual
Selama ini orang yang dekat dengan
klien adalah keluarga klien, terutama anak dan menantunya. Pola
klien berkomunikasi agak sedikit tergangggu karena penyakitnya, namun
sesungguhnya klien sangat kooperatif. Klien berharap setelah mengalami
perawatan, penyakitnya akan segera sembuh dan dia dapat berkumpul bersama
keluarganya seperti hari – hari sebelumnya. Klien adalah
orang yang taat dengan agama.
5.
Kondisi Lingkungan/Rumah
Rumah klien
berada ditempat yang tenang walaupun tidak terlalu jauh dari jalan raya, tidak
ada kondisi lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini,penerangan,
ventilasi, dan sumber air baik.
6. Pola kebiasaan sehari
– hari
a. Pola
nutrisi
Sebelum sakit, klien makam 3x/hari
dengan porsi satu piring, salera makan klien baik, dengan makanan yang
dikonsumsi berupa nasi, lauk, sayur – sayuran dan buah- buahan. Tapi setelah
sakit salera makan berkurang, karena klien merasa sakit saat mengunyah dan klien
hanya mampu menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disiapkan oleh rumah sakit.
b. Pola
eliminasi
- Sebelum
sakit BAB normal, 1 – 2x/hari.
- BAK
juga baik, 4 – 5x/hari dengan frekwensi yang tidak tentu.
- Waktu
sakit saat ini, BAB dan BAK klien terganggu, karena klien
lemah dan tidak mampu untuk ke
toilet sendiri.
c. Pola istirahat
tidur
1)
Klien
mengatakan klien tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur, klien
kadang-kadang terbangun pada malam hari, klien biasa tidur siang 1- 3 jam
dan pada malam hari sekitar pukul 22.00 wita dan bangun pada pukul
05.00 wita jadi frekwensi tidur klien 7- 8 jam perhari.
2)
Setelah sakit klien mengatakan klien
tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur. Meski terasa demam tapi
klien masih bisa untuk tidur”.
d. Personal
hygiene
1)
Sebelum sakit klien biasanya mandi 2x/hari, dengan
menggunakan sabun, shampo dan selalu sikat gigi pada saat mandi.
2)
Sekarang klien mandi tidak teratur, karena
untuk ke toilet klien haru di bantu dan tergantung dengan keluarganya.
e. Pola
aktivitas dan latihan
1)
Sebelum sakit klien melakukan aktivitas sendiri secara
mandiri
2)
Saat ini klien mengalami kesulitan untuk beraktivitas,
karena klien tidak mampu, lemah dan harus tergantung keluarga kalau mau
beraktivitas.
f. Pola
kebiasaan sehari – hari yang mempengaruhi kesehatan
1)
Klien tidak merokok atau pun mengkosumsi MIRAS
g. Pemeriksaan
fisik
1)
Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata
ada bercak kuning, gerakan bola mata normal, konjungtiva pucat, ketajaman
penglihatan mulai berkurang, karena dipengaruhi usia dan klien tidak
menggunakan kaca mata.
2)
Sistem pendengaran
Posisi telinga tidak simetris lagi,
karena telinga sebelah kanan sudah di angkat semua pada saat operasi tumor
telinga 3 tahun yang lalu, dan hal inilah yang menyebabkan pendengaran klien
berkurang.
3)
Sistem wicara
Klien merasa kesulitan dalam
berbicara, dan saat berbicara klien mengeluh sakit karena luka operasi tumor
telinga 3 tahun yang lalu belum sembuh dan masih berdarah pada saat mulut klien
bergerak.
4)
Sistem pernapasan
Jalan napas klien lancar dan klien
mengatakan tidak ada sesak, klien tidak menggunakan alat bantu napas, RR:
22x/menit
5)
Sistem kardivaskuler
Nadi 94x/menit, irama teratur,
denyut lemah, tekanan darah 150/100 mmHg, capillary refill agak lambat, 3 detik
baru kembali lagi, menandakan sirkulasi O2 tidak lancar, tidak
ada kelainan jantung.
6)
Sistem pencernaan
Klien tidak ada mual muntah, klien
tidak salera makan hanya disebabkan karena rahang klien sakit saat mengunyah
dan klien tidak menggunakan gigi palsu, serta organ – organ pencernaan yang
lain tidak ada keluhan.
7)
Sistem integumen
Turgor kulit kurang baik,
keelastisan kulit klien kurang, kulit klien keriput karena dipengaruhi usia dan
integritas kulit pada bagian telinga kanan mengalami gangguan karena sudah
dioperasi.
8)
Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar
pada klien
C. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Normal
|
HB
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit
Hematokrit
|
9
15.000
186.000
28,3
|
gr%
/mm³
/ mm³
|
P
; 14-18 W : 12-16
Dewasa
: 4.000-11.000
4-12
th : 4.000-15.000
1-4
th : 6.000-18.000
150.000-400.00
P
:25-42 W : 36-48
|
D. PENATALAKSAAN
Therapy obat
ketorolak :
3 x 60 mg
Perrosulfat 3x
200mg
DATA FOKUS
DS
|
DO
|
1. Klien mengatakan sesak saat
menarik nafas.
2. Klien mengatakan mual
3. Klien mengatakan lemas,
4. Klien mengatakan cepat lelah pada saat beraktivitas.
5. Klien mengatakan nafsu makan berkurang
6. Klien mengatakan berat badan sebelum sakit 50 Kg
7.
Klien mengatakan lemas
8.
Klien mengatakan sering merasa pusing.
9.
Klien mengatakan sesak nafas
|
1. Mukosa bibir klien tampak pucat
2. Tangan klien tampak pucat,
3. konjungtiva klien anemis
4. Tanda
–tanda vital:
TD: 110/50mmHg
SH: 360 C
HR: 85x/i
RR: 27x/i
5.
Pemeriksaan Fisik:
TB: 158Cm
BB: 45Kg
6.
Hasil lab penunjang:
Hb: 9 g/dl
Kadar zat besi: 3mg
CRT: lebih dari 2 detik
7. Klien
tampak berkeringat
8. Klien
tampak hanya menghabiskan ½ porsi makan yang telah disediakan rumah sakit.
9. Klien
tampak mual
|
ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS
1. Klien
mengatakan sesak saat
mengembuskan nafas
2. Klien
mengatakan lemas
3. Klien
mengatakan sering merasa pusing
DO
1.
Hb: 9 gr/dl
CRT: lebih dari 2 detik
2.
Conjungtiva anemis
3.
Kulit klien
tampak pucat
4.
Klien tampak meringis
5.
TD: 110/70mmHg
Nadi: 85x/i
SH: 360 C
RR: 27x/i
6. Hb: 9g/dl, Kadar zat besi: 3mg
|
Perubahan perfusi jaringan
|
Penurunan
suplai O2
|
DS
1. Klien
mengatakan nafsu makan berkurang dan mual
2. Klien
mengatakan sebelum sakit BB: 50Kg
DO
1.
Klien tampak hanya menghabiskan ½ porsi makan.
2.
Kliean tampak lemah
3.
Klien tampak mual
3. TB:
158cm
BB: 45Kg
4.
![]() ![]()
25
(Underweight)
5.
Conjungtiva anemis
6.
Klien mengatakan sering merasa pusing.
DS
1.
Klien mengatakan tidak terlalu tau tentang penyakit
Anemia
2.
Klien mengatakan anemia dapat menyebabkan kematian.
DO
1.
Klien Klien tampak binggung
2.
Klien banyak bertanya pada perawat tentang
penyakitnya
3.
Klien tampak cemas dengan kondisinya
|
Resiko Gangguan
pemenuhan Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh
Cemas
|
Intake
yang tidak adekuat
Kurangnya
paparan informasi
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nama : NyK Ruangan/Kelas:
Bedah/I
Umur : 35
Tahun No.
Reg : 09 80 56
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Paraf
|
1
|
Perubahan perfusi jaringan Berhubungan dengan Penurunan
suplai O2 ke jarinagan
|
Kelompok
|
2
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang
|
Kelompok
|
3
|
Cemas berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
|
Kelompok
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny.
D Ruangan/Kelas:
Bedah/I
Umur : 69
Tahun No.
Reg : 09 80 56
No Dx
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan suplai O2 ke jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
1. Menunjukan
postur badan yang rileks, dan bisa bergerak ringan.
2. Mampu
istirahat dengan cukup
|
1. Anjurkan
klien mengambilposisi
yang nyaman (mis: tinggikan kepala sedikit pada tempat tidur tanpa
menggunakan bantal)
2. Kaji
vital sign
3. Lakukan
pemeriksaan Hb
4. Kolaborasi
pemberian transfusi darah jenis PRC (Packed Red Cell)
|
1. Meningkatkan
ekspansi dada, sirkulasi O2yang masuk ke dalam paru-paru berjalan
normal, meningkatkan kenyamanan & resiko terjadi cedera, serta menurunkan
nyeri
2.
Untuk mengetahui kemajuan kondisi pasien.
3.
Sebagai acuan dalam menentukan
intervensi sesuai keadaan klien.
4.
mempercepat proses penyembuhan.
2.
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan Kriteria Hasil:
Kriteria Hasil:
1. Nafsu
makan membaik
2. BB
mulai naik 0,5 Kg
3. Keadaan
umum membaik
|
1. Kaji
pola makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.
2. Beri
makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil
3. Libatkan
keluarga pasien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tambahan yang tidak
bertentangan dengan penyakitnya.
4. Lakukan
& ajarkan perawatan mulut sebelum & sesudah intervensi atau
pemeriksaan peroral
5. Beri
motivasi & dukungan psikologis
6. Kolaborasi
pemberian preparat zat besi peroral (ferrous glukonat, fumarat dan suksinat)
dan parenteral (dekstran besi)
|
1. Dengan
pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan
2. Untuk
meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikan nutrisi, serta
mengurangi beban kerja jantung
3. Dengan
bantuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan
pola diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
4. Hygine
oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan klien
5. Meningkatkan
secara psikologis.
6.
Koreksi anemi defisiensi besi absolute dan
fungsional, sampai status besi cukup.
|
3
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1x24
menit di harapkan pasien tahu dengan
kondisinya dengan KH :
1.
Pasien mampu menyebutkan tanda,
gejala, dan penyebab.
|
1.
Kaji
pengetahuan pasien
2.
Beri
penkes tentang anemia
3.
Jelaskan
nutrisi yang seimbang
4.
Motivasi pasien untuk meningkatkan
masukan per oral
5.
Kolaborasi dengan ahli gizi
|
1.
Untuk menetukan intervensi lebih
lanjut
2.
Untuk menambah pengetahuan klien
3.
Pengetahuan dapat memotivasi untuk
meningkatkan intake
4.
Untuk memberi support pada klien agar
meningkatkan intake
5.
Untuk
menetukan program makanan
|
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Nama : Ny. K Ruangan/Kelas
: Bedah/I
Umur : 35
Tahun No
Reg :
09 80 56
No Dx
|
Hari /
Tanggal / Jam
|
Tindakan
Keperawatan
|
Respon
Klien
|
Paraf
|
1
|
Senin/ 23
Januari 2012/ 12.00 WIB
|
1. Mengajurkanklien mengambilposisi yang nyaman (mis:
tinggikan kepala sedikit pada tempat tidur tanpa menggunakan bantal)
2. Mengkajivital sign
3. Melakukan pemeriksaan Hb
4. Kolaborasi
pemberian transfusi darah jenis PRC (Packed Red Cell)
|
1.
Klien
tampak kooperatif
2. TD: 130/70mmHg
Nadi: 85
RR: 23x/menit
Suhu: 36c
3. Hasil
14gr%
4. Klien tampak kooperatif
|
|
2
|
Selasa/ 2
Januari 2012/ 15.30WIB
|
1. Mengkaji pola makan bila
dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.
2. Memberi
makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil
3. Melibatkan keluarga pasien dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan
penyakitnya.
4. Melakukan & ajarkan perawatan
mulut sebelum & sesudah intervensi atau pemeriksaan peroral
5. Memberikan motivasi & dukungan
psikologis
6. Kolaborasi
pemberian preparat zat besi peroral (ferrous glukonat, fumarat dan suksinat)
dan parenteral (dekstran besi)
|
1.
Klien menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan
rumah sakit.
2.
Klien mulai makan sedikit tapi
sering. Dihabiskan ½ porsi, tidak ada tanda-tanda mual dan muntah.
3.
Keluarga
tampak kooperatif
4.
Klien
tampak tidak melakukannya.
5.
Klien
tampak termotivasi tentang kesehatan
6.
Klien
tampak kooperatif
|
|
3
|
Rabu/ 25
Januari 2012/ 09.00 WIB
|
1.
Mengakaji pengetahuan pasien (Pasien
menanyakan penyakit anemia)
2.
Melakukan
penkes tentang anemia
3.
Melakukan
penkes tentang gizi seimbang
4.
memotivasi pasien untuk meningkatkan
masukan per oral
|
1. klien mampu menjawab pertanyaan.
2. Klienmengatakan mengerti
3. Pasien lebih bernafsu makan
4. Klien mengatakan termotivasi
|
|
EVALUASI
KEPERAWATAN
Nama : Ny.
D Ruangan/Kelas:
Bedah/I
Umur: 69
Tahun No
Reg : 09
80 56
Hari/
Tanggal
|
No Dx
|
SOAP
|
Paraf
|
Selasa24
Januari 2012
13.00WIB
|
1
|
S : Klien mengatakan sudah tidak lemas lagi
Klien mengatakan sudah tidak pusing lagi
O : TD : 130/70 mmHg
Nadi :
83x/menit
Rr :
22x/menit
Suhu :
36,1c
Kulit
klien sudah tidak terlihat pucat lagi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
|
|
Rabu, 25
Januari 2012
14.00 WIB
|
2
|
S :Klien mengatakan sudah tidak mual
O : Klien hanya menghabiskan ½ porsi makannya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
|
Rabu, 26 Januari
2012
14.00 WIB
|
3
|
S :klien
mengatakan Sudah faham dan mengerti tentang anemia dan nutrisi seimbang
O : klien mampu menjawab 2 pertanyaan dari penyuluh
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
|
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia (dalam
bahasa Yunani: Tanpa
darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal
Penyebab Umum dari Anemia Yaitu:
Kehilangan darah atau Perdarahan hebat, Berkurangnya pembentukan sel darah
merah, dan Gangguan produksi sel darah merah
Tanda –
tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai
(5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva
pucat, Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang lebih
parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.
Untuk memenuhi
definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang
dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Untuk
kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai
berikut: Hb <10gr/dl, Hematokrit <30% , dan
Eritrosit <2,8juta
Kasus
yang kami angkat dari materi ini ialah anem,ia akibat defesiensi zat besi.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai
anemia, yang meliputi berbagai macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah
ini kami harapkan kritikan serta saran yang membangun. Saran dari penulis kami
harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi II. Jakarta Buku
Kedokteran. EGD.
Engram Barbara, 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah . Vol 2.
Jakarta : EGC
Soeparman, Sarwono waspadil. 1996. Ilmu penyakit dalam. Jilid II. Jakarta
Gaya Baru.
Tarwoto, 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Hematologi. Jakarta : TIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar