I. KONSEP DASAR
MEDIS
A. Konsep dasar penyakit
1. Definisi
Trombosit adalah sel darah tak
berinti yang berasal dari sitoplasma megakariosit. Jumlah normal trombosit
yaitu 150.000-450.000 keping, sedangkan umur trombosit berkisar antara 7-10
hari. Sel ini memegang peranan penting pada hemostasis karena trombosit
membentuk sumbat hemostatik untuk menutup luka.Trombosit atau keping sel
darah merupakan salah satu komponen darah yang mempunyai fungsi utama
dalam pembekuan darah. Trombosit akan bekerja
dengan menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-benangfibrin seperti
jaring-jaring yang akan menutup kerusakan tersebut. Trombosit manusia berukuran
kecil dan berbentuk bulat, bentuk dan ukuran trombosit tersebut memungkinkan
trombosit masuk ke pembuluh darah yang kecil dan mampu menempatkan diri pada
lokasi yang paling optimal dalam menjaga keutuhan pembuluh darah.
Fungsi utama trombosit
berperan dalam proses pembekuan darah. Bila terdapat luka, trombosit akan
berkumpul ke tempat luka kemudian memicu pembuluh darah untuk mengkerut (supaya
tidak banyak darah yang keluar) dan memicu pembentukan benang-benang pembekuan
darah yang disebut dengan benag-benang fibrin. Benang-benang fibrin tersebut
akan membentuk formasi seperti jaring-jaring yang akan menutupi daerah luka
sehingga menghentikan perdarah aktif yang terjadi pada luka. Selain itu,
ternyata trombosit juga mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri
dengan memakan virus dan bakteri yang masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan
sel-sel kekebalan tubuh lainnya menghancurkan virus dan bakteri di dalam
trombosit tersebut.
Namun, dengan sifat trombosit
yang mudah pecah dan bergumpal bila ada suatu gangguan, trombosit juga
mempunyai peran dalam pembentukan plak dalam pembuluh darah. Plak tersebut
justru dapat menjadi hambatan aliran darah, yang seringkali terjadi di dalam
pembuluh darah jantung maupun otak. Gangguan tersebut dapat memicu terjadinya
stroke dan serangan jantung. Oleh karena itu, pada pasien-pasien dengan stroke
dan serangan jantung diberikan obat-obatan (anti-platelet) supaya trombosit
tidak terlalu mudah bergumpul dan membentuk plak di pembuluh darah.
Gangguan dalam proses
pembekuan yang disebabkan oleh kelainan trombosit disebut trombopati. Kelainan
trombosit dapat berupa:
a. Kelainan
Jumlah Trombosit.
1) Trombositopenia
Trombositopenia yaitu keadaan
dimana jumlah dalam sirkulasi kurang dari normal trombosit, hal ini disebabkan
oleh produksi trombosit berkurang, destruksi trombosit meningkat, dan abnormal
pooling trombosit. Keadaan keadaan dimana dapat dijumpai trombositopenia ialah IdiopathicThrombocytopenic Purpura (ITP), Congenital Immunologic
Trombocytopenia, Dengue Hemorragic Fever, dan gangguan-gangguan
pada limpa.
Trombositopenia adalah
suatu keadaan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah dibawah batas
normal . Dalam hal ini, trombositopenia secara khusus
didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000
trombosit/uL. Jumlah yang trombosit rendah trombositopenia, dapat
disebabkan oleh berbagai keadaan. Secara umum, dapat dibagi
menjadi:
a). Penurunan produksi
trombosit
b). Peningkatan kerusakan
atau konsumsi trombosit
c). Peningkatan sekuestrasi trombosit oleh limpa atau
kombinasi dari mekanisme tersebut.
Jumlah trombosit dalam darah
disebut juga sebagai jumlah platelet normalnya adalah antara 150.000 sampai
450.000 per liter mikro (sepersejuta liter) darah. Jumlah trombosit kurang
dari 150.000 ini disebut trombositopenia. Yang lebih besar dari 450.000 disebut
trombositosis. Penting untuk dicatat bahwa, meskipun, jumlah platelet menurun
pada trombositopenia, namun fungsi mereka biasanya sepenuhnya tetap
utuh. Gangguan lain, berupa disfungsi trombosit meskipun jumlah trombosit
masih normal. Jumlah trombosit yang sangat rendah pada kasus berat dapat
menyebabkan perdarahan spontan atau dapat menyebabkan keterlambatan proses
pembekuan. Pada trombositopenia ringan, mungkin tidak ada pengaruh dalam jalur
pembekuan atau perdarahan.
2) Trombositosis
Trombositosis yaitu keadaan
dimana jumlah trombosit dalam sirkulasi lebih dari normal, hal ini disebabkan
karena kegiatan fisik, pemberian epineprin (physiologictrombositosis),
dan bertambahnya produksi trombosit, keadaan ini dapat dijumpai pada
trombositemia dan reactive trombosit.
b. Kelainan
Fungsi Trombosit.
Trombositemia, yaitu keadaan
dimana agregasi trombosit berkurang yang disebabkan karena berkurangnya ADP
dalam trombosit.
Trombositopenia merupakan
tanda dari suatu penyakit, salah satunya adalah DHF.
Dengue Hemoragic Fever adalah
infeksi yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti) (Nelson, 1999).
Dengue adalah penyakit virus
didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri
kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam dengue atau dengue
fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa,
dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai
leukopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik,
sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang
terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie)
spontan (Noer, dkk, 1999). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
2. Etiologi
a. Penyebab terjadinya
trombositopenia adalah sebagai berikut:
1) Jumlah
trombosit yang rendah ini dapat merupakan akibat berkurangnya produksi atau
meningkatnya penghancuran trombosit. Namun, umumnya tidak ada manifestasi
klinis hingga jumlahnya kurang dari 100.000/ mm3 dan lebih
lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang mendasari atau yang
menyertai, seperti leukimia atau penyakit hati. Jika jumlah trombosit dalam
darah perifer turun sampai dibawah batas tertentu, penderita mulai mengalami
perdarahan spontan, yang berarti bahwa trauma akibat gerakan normal dapat
mengakibatkan perdarahan yang luas.
2) Keadaan
trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh penghancuran
atau penyimpanan yang berlebihan. Segala kondisi yang menyebabkan splenomegali
dapat disertai trombositopenia, meliputi keadaan seperti sirosis hati, limfoma,
dan penyakit-penyakit mieloproliferatif. Lien secara normal menyimpan sepertiga
trombosit yang dihasilkan tetapi dengan splenomegali, sumber ini dapat
meningkat hingga 80%, dan mengurangi sumber yang tersedia.
3) Trombosit
dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksioleh obat, seperti yang
ditemukan pada qunidin dan emas atau oleh auto antibodi (antibodi yang bekerja
melawan jaringannya sendiri). Antibodi-antibodi ini dapat ditemukan pada
penyakit-penyakit seperti lupus eritematosus, leukimia limfositis kronis,
limfoma tertentu, dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP). ITP,
terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanifestasi sebagai
trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang
dari 100.000/mm3. Mekanisme trombositopenia pada ITP adalah
ditemukannya antibodi IgG pada membran trombosit, sehingga menyebabkan gangguan
agregasi trombosit dan meningkatnya pembuangan dan penghancuran trombosit
oleh sistem makrofag.
4) Trombositopenia
dapat timbul akibat perusakan atau penekanan pada sumsum tulang, (misalnya,
karena keganasan atau beberapa macam obat) yang berakibat kegagalan pembentukan
trombosit.
5) Trombositopenia
juga bisa disebabkan oleh kemoterapeutik yang bersifat toksik terhadap sumsum tulang,
sehingga produksi trombosit mengalami penurunan.
6) Trombosit menjadi terlarut.
a) Penggantian darah yang masif
atau transfusi ganti (karena platelet tidak dapat bertahan di dalam darah yang
ditransfusikan).
b) Pembedahan bypass
kardiopulmoner.
7) Trombositopenia,
yang didefinisikan sebagai kadar trombosit dibawah kisaran normal laboratorium,
adalah kelainan yang sering dijumpai. Meskipun kausanya banyak, kemungkinan
trombositopenia imun obat harus selalu dipertimbangkan. Banyak obat dilaporkan
berkaitan dengan fenomena ini. Berikut adalah obat-obat yang dapat menimbulkan
trombositopenia.
OBAT
|
Absiksimab
|
Heparin
|
Asetaminofen
|
Hidroklorotiazid
|
Asetazolamid
|
Indinavir
|
Alopurinol
|
Interferon alfa
|
Amiodaron
|
Zat kontras beriodium
|
Amfoteresin B
|
Metildopa
|
Aspirin
|
Obat anti inflamasi non
steroid
|
Atorvastatin
|
Ondansetron
|
Kaptopril
|
Penisilin
|
Karbamazepin
|
Pentoksifilin
|
Sefalosporin
|
Fenotiazin
|
Klorotiazid
|
Fenitoin
|
Klortadilon
|
Prednisone
|
Simetidin
|
Prokai namid
|
Klodiprogel
|
Kuinidin
|
Kokain
|
Kinina
|
Danazol
|
Ranitidine
|
Digoksin
|
Rifampin
|
Etanol
|
Sulfonamide (antibiotik atau
agen hipoglikemik)
|
Flukonazol
|
Tiklopidin
|
Furosemid
|
Asam Valproad
|
Garam Emas
|
Vankomisin
|
.
3. Manifestasi Klinis
a. Tanda-gejala
trombositopenia secara umum:
1) Penderita
akan mudah sekali mengalami perdarahan melalui kulit atau mukosa berupa
petechie, ekimosis, menorrhagia, epistaksis.
3) Leukosit
normal atau turun
4) Eosinofil
meningkat (alergi obat)
5) Perdarahan
kulit bisa merupakan tanda awal dari jumlah trombosit yang menurun.
6) Bintik-bintik
keunguan seringkali muncul di tungkai bawah cidera ringan bisa menyebabkan
memar yang menyebar.
7) Bisa
terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa ditemukan pada feses atau urine.
8) Perdarahan
mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa berakibat fatal
9) Jika
jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan semakin memburuk.
10) Jumlah
trombosit kurang dari 5000-10000/mL bisa menyebabkan hilangnya sejumlah besar
darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun otaknya
sendiri tidak engalami cidera) yang bisa berakibat fatal.
4. Pemeriksaan
Penunjang
Penurunan produksi trombosit,
dibuktikan dengan aspirasi dan biopsy sumsum tulang, dijumpai pada segala
kondisi yang mengganggu atau menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini
meliputi anemia aplastik, mielofibrosis (penggantian unsur-unsur sumsum tulang
dengan jaringan fibrosa), leukemia akut, dan karsinoma metastatic lain yang mengganti
unsure-unsur sumsum tulang normal. Pada masalah kesehatan yang ditandai dengan
trombositopenia, muncul beberapa diagnosa salah satunya DHF, berikut
pemeriksaan penunjangnya;
a. Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.
b. Trombosit menurun 100.000 / mm3.
c. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.
d. Waktu perdarahan memanjang.
e. Waktu protombin memanjang, normalnya 10 – 14 detik.
f. Rumple
Leed. 70,2% kasus, mempunyai hasil uji Rumple Leed (+). Hasil (+) menandai
Fragilitas Kapiler darah meningkat..
g. Hitung
trombosit umumnya mengalami trombositopenia pada hari ke-3
h. Hitung
hematokrit terjadi
20% nilai awal, yang umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.
i. Pemeriksaan antibodi
IgM dan IgG yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. IgM
terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah
60-90 hari. IgG pada infeksi primer terdeteksi mulai hari ke-14, pada infeksi
sekunder terdeteksi mulai hari ke-2.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
Trombositopenia
1) Terapi
Suportif
Tindakan suportif merupakan
hal yang penting dalam penatalaksanaan trombositopenia pada anak, diantaranya
membatasi aktifitas fisik, mencegah perdarahan akibat trauma, menghindari obat
yang dapat menekan produksi trombosit atau mengubah fungsinya, serta melakukan
edukasi ke pasien dan keluarga.
2) Terapi
Farmakologis
Secara umum penatalaksanaan
pada kasus trombositopenia adalah sebagai berikut:
a) Menghindari
faktor penyebab
b) Terapi
kausatif
Keadaan trombositopenia dapat
disebabkan oleh banyak hal, diantaranya:
1) Gangguan
produksi trombosit
a) Depresi
selektif megakariosit karena obat, bahan kimia, atau infeksi virus
b) Sebagai
bagian dari kegagalan fungsi sumsum tulang seperti pada anemia aplastik,
leukemia akut, dan mielosklerosis
3) Peningkatan
destruksi trombosit
a) Immune
thrombocytopenic purpura (ITP)
b) Immune
thrombocytopenic purpura sekunder seperti pada systemic lupus erythematous,
limfoma
c) Alloimune
thrombocytopenic purpura, misalnya pada neonatal thrombocytopenic
d) Drug-induced
immune thrombocytopenia
e) Disseminated
intravascular coagulation
4) Distribusi
trombosit yang abnormal
Sindrom hipersplenism dapat
menyebabkan kerusakan trombosit dimana terjadi pooling trombosit ke dalam limfa
5) Terjadinya
dilution loss
Umumnya disebabkan oleh
transfusi masif
Berdasarkan etiologi diatas, tatalaksana kausatif yang dapat diberikan
diantaranya:
a) Jika
terjadi gangguan pada produksi trombosit, maka terapi yang diberikan dapat
berupa thrombopietin receptor agonist yang akan merangsang trombopoiesis.
b) Peningkatan
destruksi trombosit dapat terjadi karena faktor imun maupun faktor eksogen
seperti obat-obatan. Terapi yang dapat diberikan pada kasus trombositopenia
akibat immunologis adalah pemberian obat yang dapat menurunkan respon imun
tubuh
6. Patofisiologi
Fungsi trombosit dapat berubah
(trombositopati) melalui berbagai cara yang mengakibatkan semakin lamanya
perdarahan. Obat-obat seperti aspirin, indometasin, fenilbutazon menghambat
agregasi dan reaksi pelepasan trombosit, dengan demikian menyebabkan perdarahan
yang memanjang walaupun jumlah trombosit normal. Pengaruh aspirin tunggal dapat
berlangsung selama 7 hari hingga 10 hari. Protein plasma, seperti yang
ditemukan pada makroglobulinemia dan myeloma multiple menyelubungi trombosit,
mengganggu adhesi trombosit, retraksi bekuan, dan polimerasi fibrin.
Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan
oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau oleh
autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi
tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Seperti
kita ketahui bahwa gangguan–gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi
manusia, paling sering menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel
darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul
IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak
menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi
bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah
dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran untuk
IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit kurang
dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae. Petechiae ini dapat muncul karena
adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang akan
mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta
penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu
ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses
ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan
berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang
menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum
ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena
masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi,
khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
7. Pathway Trombositopenia
Figure 1. Algorithm for
evaluation of thrombocytopenia as outpatient
Figure 2. Algorithm for
evaluation of thrombocytopenia for hospitalized patients
Trombositopenia
Terbentuk antibodi yang merusak trombosit Menyerang platelet dalam darah Jumlah
platelet menurun Platelet mengalami gangguan agresi Molekul Ig G reaktif dalam
sirkulasi trombosit Dihancurkan oleh makrofak dalam jaringan Penghancuran dan
pembuangan trombosit meningkat Menyumbat kapiler Perdarahan – kapiler darah
Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer Dinding kapiler rusak Suplai darah
ke perifer menurun Penumpukan darah intra dermal Kapiler pecah Kapiler bawah
kulit pecah Tumbuh bintik merah Gangguan citra tubuh Perdarahan intra dermal
Kerusakan integritas jaringan Menekan saraf nyeri Merangsang SSP Muncul sensasi
nyeri Nyeri Penurunan transport O2 dan zat nutrisi lain kejaringan Penurunan
metabolism anaerob Kelemahan Intoleransi aktivitas
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur (paling sering
menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun). Endemis di daerah tropis
Asia, dan terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992: 269). Jenis
kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1). Keluhan Utama
Panas atau demam
2). Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan
adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos
mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 2 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit.
3). Riwayat Penyakit
Dahulu
Penyakit
apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
4). Riwayat
Nutrisi
Status
gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
5). Kondisi Lingkungan
Sering
terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).
c. Pemeriksaan
Fisik
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil
sebagai berikut:
1). Keadaan umum:
Berdasarkan
tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
a). Grade I: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
b). Grade II: Kesadaran kompos mentis, keadaan
umum lemah, ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c). Grade III: Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
d). Grade IV: Kesadaran koma, tanda – tanda vital :
nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
2). Kepala dan leher.
a). Wajah: Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b). Mulut: Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, (kadang-kadang) sianosis.
c). Hidung: Epitaksis
d). Tenggorokan: Hiperemia
e). Leher: Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada
sudut atas rahang daerah servikal posterior.
3). Dada (Thorax).
Nyeri
tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada
Stadium IV :
Palpasi:
Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi:
Suara paru pekak.
Auskultasi:
Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
4) Abdomen (Perut).
Palpasi:
Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit dapat
menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV)
5). Anus dan genetalia.
Eliminasi
alvi: Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi
urin: Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
6). Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium
I: Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium
II – III: Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium
IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
dan kaki.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1). Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
2). Trombositopenia
(≤100.000/ml).
3). Leukopenia.
4). Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
5). Urium dan Ph darah mungkin meningkat
6). Asidosis metabolic : Pco2<35-40
mmHg.
7). SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosa
Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan
proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
e. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
f. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
keletihan, malaise sekunder akibat DHF.
3. Intervensi
Peningkatan suhu tubuh
(hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan:
Dalam waktu 2x24 jam setelah
diberikan intervensi, suhu tubuh klien kembali normal 36-37,5oC
Kriteria Hasil:
Klien memiliki suhu tubuh
normal 36-37,5oC
Membran mukosa lembab
|
No
|
Intevensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji suhu tubuh klien
|
Perubahan suhu tubuh yang
meningkat dapat mrngindikasikan proses perkembangan infeksi
|
2
|
Berikan kompres air hangat
|
Mengurangi panas dengan
pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas
secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
|
3
|
Berikan/anjurkan pasien
untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
|
Untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang akibat evaporasi.
|
4
|
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.
|
Memberikan rasa nyaman dan
pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh
|
5
|
Observasi intake dan output,
tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai
indikasi
|
Mendeteksi dini kekurangan
cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
|
6
|
Kolaborasi: pemberian cairan
intravena dan pemberian obat sesuai program.
|
Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk
menurunkan panas tubuh pasien
|
7
|
Berikan antipiretik sesuai
program tim medis
|
Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus.
|
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan
demam.
Tujuan:
Dalam waktu 2x24jam
kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
- TTV
dalam batas normal TD: 120/80mmHg-130/mmHg, Nadi: 60-100x/m, S: 36-37,5oC,
RR:16-24x/m.
- Turgor
kulit kembali dalam 1 detik.
- Produksi
urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
- Tidak
terjadi syok hipovolemik.
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji keadaan umum pasien
|
Menetapkan data dasar untuk
mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
|
2
|
Observasi tanda-tanda
syok(nadi lemah dan cepat, tensi menurun akral dingin, kesadaran menurun,
gelisah)
|
Mengetahui tanda syok sedini
mungkin sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
|
3
|
Monitor tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
|
Mengetahui derajat dehidrasi
(turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
|
4
|
Berikan hidrasi peroral
secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
|
Asupan cairan sangat
diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh.
|
5
|
Kolaborasi pemberian cairan
intravena RL, glukosa 5% dalam half strenght NaCl 0,9%, Dextran L 40.
|
Pemberian cairan ini sangat
penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah.
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan:
Dalam waktu 2x24 jam setelah
intervensi keutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
- Nafsu
makan klien dapat meningkat
- Porsi
makan sesuai dengan kebutuhan
- Tidak
terjadi malnutrisi
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Monitor intake makanan
|
Memonitor intake dan
insufisiensi kualitas konsumsi makanan
|
2
|
Memberikan oral hygiene
sebelum dan sesudah makan
|
Mengurangi rasa tidak nyaman
dan menambah nafsu makan
|
3
|
Sajikan makanan yang
menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang menyenangkan. untuk
menetapkan diet dan merencanakan pertemuan secara individual bila diperlukan
|
Meningkatkan selera makan
sehingga meningkatkan intake makanan.
|
4
|
Berikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering.
|
Makan dalam porsi besar atau
banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
|
5
|
Auskultasi bising usus
|
Bising usus yang menurun
atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan
|
6
|
Beri motivasi tentang pentingnya
nutrisi
|
Kebiasaan maka seseorang
dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi, dan
pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
|
7
|
Kolaborasi dengan dokter
atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium albumin dan pemberian
vitamin dan suplemen nutrisi lainnya jika intake terus menurun lebih 30% dari
kebutuhan.
|
Peningkatan intake protein,
vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam tubuh.
|
Perubahan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan:
Dalam waktu 2x24jam setelah
diberikan tindakan, klien menunjukkan tanda-tanda perfusi yang adekuat.
Kriteria Hasil:
- Suhu
ekstrimitas hangat
- Tidak
lembab, warna merah muda
- Ekstrimitas
tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.
- CRT
kembali dalam 1 detik
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji dan catat tanda-tanda
vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary reffil)..
|
Tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.
|
2
|
Kaji dan catat sirkulasi pada
ekstrimitas (suhu kelembaban, dan warna).
|
Suhu dingin, warna pucat
pada ekstremitas menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat
|
3
|
Nilai kemungkinan kematian
jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan, kaki.
|
Mengetahui tanda kematian
jaringan ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah kematian
jaringan.
|
4
|
Berikan cairan intravena
|
Menggantikan kehilangan
darah dan mempertahankan volume sirkulasi
|
5
|
Kolaborasi pemberian obat
antikoagulan tranexid 500mg 3x1 tablet.
|
Obat anti koagulan berfungsi
mempercepat terjadinya pembekuan darah atau mengurangi perdarahan.
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder akibat DHF.
Tujuan:
Dalam waktu 2x24jam setelah
diberikan tindakan keperawatan, rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria
nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
- Laporan
nyeri hilang atau terkontrol
- Menunjukkan
penggunaan keterampilan relaksasi, metode lain untuk meningkatkan kenyamanan
- Nyeri
dalam skala 0-1
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji tingkat nyeri yang
dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10).
|
Mengetahui nyeri yang
dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
|
2
|
Kaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
|
Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
|
3
|
Berikan posisi yang nyaman
dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
|
Posisi yang nyaman dan
situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
|
4
|
Berikan suasana gembira bagi
pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri dengan distraksi relaksasi.
|
Dengan melakukan aktifitas
lain pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri
|
5
|
Kolaborasi pemberian obat-obatan
analgesik.
|
Obat analgesik dapat
menekankan rasa nyeri.
|
4. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujutan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap Intervensi.
5. Evaluasi
Tahap Penilaian atau
evaluasi Adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
III. LAPORAN KASUS
RESUME
Klien datang ke rumah sakit diantar oleh keluarganya. Klien mengatakan badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Awalnya tidak terlalu panas dan
klien selalu dikompres dengan air hangat oleh keluarganya, namun beliau
merasakan badannya bertambah panas, mual muntah, nyeri sendi, kepala pusing,
nafsu makan menurun pada sore harinya sehingga pada
tanggal 17 juli 2012 jam 09.15 wib klien kemudian dibawa ke IGD Puskesmas.
Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu dan juga di sertai mual
muntah, kemudian di bawa ke ruang inap untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 17
Juli 2012 Jam : 09.30
Tanggal
Masuk Rumah Sakit : 17 Juli
2012 Jam : 09.15
No
RM : 249687
Diangnosa
Medis : DHF
1. Data
Biografi
Identitas Klien
Nama : Tn ”M”
Umur : 17 Th
Alamat : Jl.
Diponegoro
Agama : Islam
Pendidikan : SMPN
Suku
/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Status
Perkawinan : belum Kawin
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn “H”
Umur : 35Th
Alamat : Jl. Diponegoro
Pekerjaan : Petani
Agama : islam
Hubungan dengan klien : Ayah
Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan
Utama : Klien mengeluh badannya panas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan badannya panas sejak 3 hari yang lalu.
Klien
mengatakan mual dan muntah
Klien
mengatakan nyeri sendi
Klien
mengatakan badannya awalnya tidak terlalu panas dan klien selalu dikompres
dengan air hangat oleh keluarganya namun beliau merasakan badannya bertambah
panas
Klien
mengatakan kepalanya pusing
Klien
mengatakan nafsu makan menurun
3.Riwayat Penyakit Dahulu
Klien
mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
namun klien pernah masuk RSUP mataram karena penyakit mag.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
klien
mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita penyakit
seperti yang dialami klien saat ini
dan tidak terdapat penyakit keturunan seperti
DM, Hipertensi, dan penyakit jantung.
5. Riwayat
Biopsokososial Spiritual menurut Virgina Henderson
a. Pola Pernafasan
Sebelum Sakit : Klien mengatakan tidak pernah gangguan
dalam bernafas, seperti sesak nafas dan tidak mengalami nyeri saat bernafas
Selama sakit : Klien mengatakan tidak
mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi mimisan
di sertai darah kurang lebih 2cc pada hidung dan pilek saja.
b. Pola Nutrisi
Sebelum
sakit : klien mengatakan klien makan
3x/hari, dengan komposisi, nasi, lauk-pauk, sayuran, habis 1 porsi,
serta minum air putih 7-8 gelas/hari, klien kadang minum teh, BB sebelum sakit 46 kg.
Selama sakit : klien mengatakan sejak
sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat menghabiskan 1/3
porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya diberi bubur
dalam porsi kecil. Klien tampak lemah,klien mual muntah kurang lebih 2x/hari,
mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB saat sakit 42 kg.
c. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : klien mengatakan biasa BAB 1-2x/hari, teratur setiap pagi dengan konsistensi
lembek dan warna kuning, bau khas BAB, BAK 5-6x/hari dengan warna
kuning jernih.
Selama
sakit : klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek,
warna kuning dan bau khas feses, BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih,bau khas urin.
d. Pola istirahat tidur
Sebelum Sakit : Klien mengatakan tidak mengalami
gangguan dalam beristirahat. Biasanya klien bisa tidur malam pukul 22.00-05.00
wib , dan tidur siang kadang-kadang hanya 2 jam.
Selama Sakit : Klien mengatakan sering terbangun saat
tidur karena demam yang tinggi, tidur malam pukul 20.00 – 05.00 wita, tidur
siang pukul 13.00-15.00wib .
e. Pola
Aktivitas
Sebelum sakit : Klien
mengatakan klien dapat beraktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa
bantuan dan gaya berjalanya baik tidak mengalami gangguan.
Selama
sakit : Klien mengatakan klien tidak dapat
beraktivitas karena klien sedang sakit, terpasang infus RL 20 tetes/menit, dalam pemenuhan ADL di bantu
oleh keluarganya yang menunggunya secara bergantian.
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu merasa aman dan nyaman apalagi
jik bersama keluarga dan teman –temannya
Selama sakit : Klien mengatakan tidak nyaman dengan
keadaanya sekarang karena kondisinya yang lagi sakit.
g. Mempertahankan
tempratur suhu tubuh
Sebelum sakit : klien mengatakan jika ia mengalami
demam, biasanya keluarganya memberikan kompres air hangat. Dan jika suhu dingin
klien menggunakan pakaian tebal atau hanga
Selama Sakit : Klien Mengatakan pada awal dirasakannya
penyakit, ia sering mengalami demam dengan suhu 38,5oC. Badannya terasa panas, pasien tampak gelisah, akral
hangat.
h. Pola Personal Higiene
Sebelum
sakit : Klien mandi dan gosok gigi 2x/hari, dan klien keramas
2x/minggu, dan klien melakukan secara mandiri tanpa bantuan keluarga.
Selama sakit : Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari
dan mandi dengan dilap oleh keluarganya 2x/hari.
i. Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : Klien
mengatakan bisa malukan pekerjaan ringan seperti membantu bapaknya bertani dan
beternak dan pekerjaan lainnya
Selama sakit : Klien mengatakan belum mampu untuk bekerja karena sakit.
j. Kebutuhan Spiritual
sebelum sakit : Klien mengatakan klien dapat melakukan ibadah sholat 5 kali sehari semalam.
Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan sholat tetapi hanya
berdoa di tempat tidur karena keadaan yang tidak memungkinkan, keadaanya
saat itu masih tampak lemas.
k. Pola komunikasi
Sebelum sakit : Klien selalu
berkomunikasi dengan keluarga dan orang-orang yang
ada di sekitar rumahnya, bahasa yang di gunakan Bahasa sasak kadang-kadang juga menggunakan bahasa
indonesia.
Selama sakit : Klien tetap berkomikasi dengan keluarga dan komunikasi
dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di ucapkan jelas
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS = E = 4, V = 5, M=6
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 90/60 mmHg
N : 94 x /mnt
S : 38,5 oC ( aksila )
RR : 20 x /mnt
d. Pemeriksaan
Fisik Secara Persistem
1). Sistem pernafasan/ Respirasi
S : Klien mengatakan tidak mengalami sesak
sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi mimisan di sertai darah kurang
lebih 2cc pada hidung dan pilek saja.
pada huidung
dan pilek saja.
O : Simetris, tampak bersih tidak ada sekret, tidak ada
polip, Respirasi 20 x/menit, teratur, tidak terdapat
retraksi dinding dada, Tidak ada nyeri tekan, tidak tampak penggunaan alat bantu
pernapasan, kulit tidak ditemukan tanda sianosis.
2). Sistem
Kardiovaskuler
S
: Pasien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, badannya lemas
O :
Tekanan darah : 90/60 mmHg,
denyut nadi 94 x /mnt, tekana cukup, Irama jantung teratur, tidak ada
suara lain menyerta
3). Sistem
Persyarafan / Neurosensori
S : pasien mengatakan kepalanya sering pusing dan
penglihatannya kadang-kadang berkunang-kunang
O : Tingkat kesadaran : Composmetis , GCS : E = 4, V = 5, M=6
4). Sistem
Perkemihan
S : klien mengatakan BAK 5-6x/hari dengan warna
kuning jernih, bau khas urine..
O : tidak ada
lesi, tidak oedema, dan klien tampak mual muntah dan sering merasa
lemas.
5). Sistem
Pencernaan
S : klien mengatakan sejak sakit
nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat menghabiskan 1/3 porsi
makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya diberi bubur
dalam porsi kecil.
O : Klien tampak lemah, mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ada caries gigi, gigi lengkap,
tidak ada pembesaran tonsil. tidak
Ada nyeri tekan abdomen, Pristaltik usus 20x/mnt
6). Sistem
Integumen
S : Klien mengatakan badan panas
sejak 3 hari yang
lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak nyaman.
O : Badan teraba panas suhu
: 38,5 oC. Klien tampak gelisah, Akral hangat,
Mukosa mulut kering, warna kulit sawu matang, cyanosis
tidak ditemukan, kebersihan kulit cukup, , terpasang infus RL 20 tetes/menit
pada tangan kanan, tidak terdapat oedema.
7. Data Penunjang
Tabel 3.1 hasil Pemeriksaan Darah tanggal 17 juli 2012
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Normal
|
WBC
|
3.60
|
10^3/UL
|
4.80 - 10.80
|
NEU%
|
63.5
|
%
|
50.0 - 70.0
|
LYM%
|
27.2
|
%
|
20.0 - 40.0
|
MON%
|
7.7
|
%
|
3.0 - 12.0
|
EOS%
|
1.1
|
%
|
0.5 - 5.0
|
BAS%
|
0.5
|
%
|
0.0 - 1.0
|
NEU#
|
2.29
|
10^3/UL
|
2.00 - 7.00
|
LYM#
|
0.98
|
10^3/UL
|
0.80 - 4.00
|
MON#
|
0.28
|
10^3/UL
|
0.12 - 1.20
|
EOS#
|
0.04
|
10^3/UL
|
0.02 - 0.50
|
BAS#
|
0.01
|
10^3/UL
|
0.00 - 0.10
|
|
|
|
|
RBC
|
4.23
|
10^6/UL
|
4.20 - 5.40
|
HGB
|
10.8
|
g/dl
|
12.0 - 16.0
|
HCT
|
35.4
|
%
|
37.0 - 47.0
|
MCV
|
88.6
|
Fl
|
81.0 - 99.0
|
MCH
|
29.1
|
Pg
|
27.0 - 31.0
|
MCHC
|
34.8
|
d/dl
|
33.0 - 37.0
|
RDW-CV
|
11.1
|
%
|
11.5 - 14.5
|
RDW-SD
|
39.1
|
Fl
|
35.0 - 56.0
|
PLT
|
147
|
10^3/UL
|
150 - 450
|
MPV
|
8.6
|
Fl
|
7.0 - 11.0
|
PDW
|
16.3
|
|
15.0 - 17.0
|
LED
|
20
|
mm/jam
|
NL: 0 – 10P :0-15
|
8. Terapy
Medis pada tanggal 17 juli 2012
Infus RL 40 tetes/menit
Inj. Novalgin 1 Amp./8 jam `1x/hari
Inj. Antrain 1 Amp 1x/hari
Inj. Ondancentron 2
mg/iv 1 Amp/8 jam 2x/hari
Sanmol
tablet 500 mg 3x/hari
B.
Analisa Data
No
|
Symtom
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan badan panas sejak 3 hari yang lalu
b. Klien mengatakan ia merasa tidak nyaman
Data Obyektif :
a. Suhu tubuh klien
38,5 oC
b.Badan teraba panas
c.Klien tampak gelisah
d.Mukosa mulut kering
|
Infeksi virus dengue
|
Demam (Hipertermi)
|
2
3.
|
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
b.Klien mengatakan sering mual muntah kurang
lebih 2x/hari.
Data Oubyektif :
a. Klien tampak lemah
b. Wajah tampak pucat
c. Keadaan umum lemah
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan mual muntah kurang lebih 2 x/ hari
DataObjektif :
a. Mukosa bibir kering
b. Turgor kulit menurun
c Trombosit menurun : 147 10^3/UL
d. Tekanan darah
: 90/60 mmHg
e. Nadi
: 94 x /mnt
|
Anoreksia
Permeabilitas vaskuler
|
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit
|
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan
dengan infeksi virus dengue
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas vaskuler
D. Rencana Keperawatan
|
Hari/ Tanggal
|
No
Dx
|
Tujuan dan kriteria haasil
|
Rencana Keperawatan
|
Rasional
|
|
|
Selasa
17 juli 2012
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria
hasil :
DS : klien mengatakan
dirinya sudah tidak demam lagi,
DO :
1. Suhu tubuh normal (36-37 oC)
2. Turgor kulit lembab
3. Klien tidak berkeringat lagi
|
1.1. Observasi TTV : tekanan darah, nadi, suhu, respirasi
2. Berikan penjelasan
tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
3. Berikan penjelasan
pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan.
4. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan
akibatnya jika hal itu tidak dilakukan
5. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih
2,5-3 liter/hari
6. Berikan kompres hangat dan
anjurkan memakai pakaian yang tipis
7. Berikan therapy antipiretik
sesuai dengan program dokter
|
1. TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien
2. Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien
dapat mengurangi kecemasan klien.
3. Untuk mengatasi
demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih kooperatif
4. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam
proses penyembuahan klien di Rumah Sakit.
5. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi Dengan asupan cairan yang
banyak
6. kompres hangat dapat
membantu menurunkan suhu tubuh dan pakaian yang tipis akan membantu
meningkatkan penguapan panas tubuh.
7. ntipiretik mempunyai
reseptor dihipotalamus dapat meregulasi tubuh sehingga suhu tubuh
diupayakan mendekati suhu normal
|
Selasa
17juli 2012
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam duharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria:
DS :
Klien mengatakan nafsu
makannya meningkat
DO :
Nafsu makan
meningkat
|
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
2. Observasi dan catat masukan makanan klien
3. Berikan/anjurkan
pada klien makan dalam porsi kecil
4. Kolaborasi dalam pemberian obat mual muntah
|
1. Mengidentifikasi difisiensi, menduga
kemungkinan intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori/ kualitas
kekurangan konsimsi makanan
3. 3. Makan dalam porsi dapat menurunkan
kelemahan, meningkatan masukan juga mencegah distensi gaster
4. . Untuk mengurangi mual dan
muntah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Selasa
17 juli 2012
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selSelama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
defisit volume cairan dengan kriteria :
1. Input dan output seimbang
2. Vital sign dalam batas normal
3. Mukosa bibir tidak kering dan tidak pecah-pecah
4. Klien tidak mengalami mual dan muntah
Keadaan umum baik
|
1. Awasi vital sign tiap 3 jam
sesuai indikasi
2. Observasi
capillary refill time
3. Observasi intake dan output,
catat warna urine/ konsistensi
4. Anjurkan untuk minum air
1500-2000 ml/ hari
5. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
|
1.
Vital sign membantu fluktuasi caira intravaskuler
2. Indikasi keadekuatan
sirkulasi perifer
3. Penurunan haluaran urine
pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi
4. Untuk
memenuhi kebutuhan cairan
5. Meningkatkan jumlah cairan tubuh, untu
mencegah
hifopolemik syok
|
E. Tindakan Keperawatan
Hari / tanggal
|
Jam
|
No Dx
|
Tindakan Keperawatan
|
Respon Hasil
|
Paraf
|
Rabu
18 juli 2012
|
08.00
08.15
08.20
08.50
09.00
09.20
10.00
|
1
|
1.
Mengobservasi tanda-tanda vital : suhu, nadi,
tekanan darah, respirasi.
2.
Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga
tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
3.
Memberikan penjelasan kepada keluarganya tentang
hal-hal yang dilakukan, seperti
memberikan kompres hangat, menganjurkan memakai pakaian tipis, dan lain-lain
4. Menjelaskan pentingnya tirah
baring bagi klien dan akibatnya jika hal itu tidak dilakukan.
5. Menganjurkan klien untuk
banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter / hari
6. Memberikan kompres hangat di dahi dan di lipatan ketiak dan anjurkan klien memakaia
pakaian yang tipis
7. Memberikan Terapy
antipiretik sesuai dengan program dokter seperti
obat oral sanmol tablet 500 mg dan inj. Antrain
|
1. TTV klien :
S : 37,5 oC
N : 94 x /mnt
TD : 90/60 mmHg
RR : 18x /menit.
2. Klien dan keluarganya memperhatikan apa yang
telah dijelaskan, dan tampak kooperatif.
3. Keluarga
klien mengatakan akan melakukan hal-hal yang mendukung kesehatan klien.
4. Klien tampak memperhatikan penjelasan dengan
antusias
5. Klien tampak minum air putih dan minum minuman buah
vita rasa jambu merah
6. Klien dikompres diketiak dan dahi, dan pakaian klien
diganti
7. Setelah 2 jam pemberian obat suhu tubuh klien
kembali normal yaitu 37,2 oC
|
Zaenul hak
|
Rabu
18 juli 2012
|
10.15
10.20
10.25
10.30
10.50
|
2
|
1.
1. Mengkaji riwayat nutrisi
termasuk makanan yang disukai.
2.
2. Mengobservasi dan mencatat masukan makanan klien
3.
3. Memberikan atau
menganjurkan kepada klien untuk makan dalam
porsi kecil
4.
4. Mengobservasi porsi makan
klien, berat badan dan keluhan lain.
5. Berkolaborasi dengan tim gizi untuk rencana die
|
1. Klien mampu menghabiskan 1/3 porsi makan yang
disediakan dari Rumah Sakit.
2. Makanan yang disediakan habis 1/3 porsi
3. Klien tampak makan dalam porsi kecil.
4. Porsi makananan yang habis 1/3. BB klien: 42kg.
5. Kien diberi diet TKTP
|
|
Rabu
18 juli 2012
|
11.00
11.15
11.20
11.35
12.00
11.20
|
3
|
1. Mengawasi vital sign
tiap 3 jam/ sesuai indikasi.
2. Mengobservasi capillary
refill time
3. Mengonservasi intake dan
output warna urine/ konsentrasi.
4.
Menganjurkan untuk minum 1500-2000 ml/hari ( sesuai
indilasi).
5. Mengkaji turgor kulit klien
6. Berkolaborasi dalam
pemberian cairan intravena.
|
1. TTV klien :
S : 37,5 oC
N : 94 x /mnt
TD : 90/60 mmHg
RR : 18x /meni
2. CRT > 2 detik.
3. 3. Klien dapat cairan infus RL 40 tetes/ menit, warna
urine kuning dan bau khas urine.
4. Klien diberi minum 6 gelas/
hari
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Klien mendapatkan infus RL 40 tetes/ menit.
|
|
F. Evaluasi Keperawatan
Hari / Tanggal /jam
|
No Dx
|
Catatan Perkembangan
|
Paraf
|
Sabtu
21 juli 2012
08.30 wita
|
1
|
S : Klien
mengatakan badanya sudah tidak panas lagi
O :Keadaan Umum sedang
1. Klien tidak teraba panas
2. Klien tidak gelisah lagi
3. Akral hangat
4. Mukosa bibir lembab
5. Suhu tubuh 37,2 oC
A : Masalah Hipertermi teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
\
|
Sabtu
21 juli 2012
09.20 wita
|
2
|
S : Klien mengatakan nafsu makannya sudah meningkat
O : Klie
tampak nafsu makan
1. TTV Klien :
TD : 120/70 mmHg.
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,2 oC
RR : 20 x/menit
2. Klien dapat menghabiskan ½
porsi makanan yang di sediakan oleh puskesmas.
3. BB klien : 44 kg.
4. Klien ada nafsu makan
AA : Masalah Teratasi
P P : Intervensi Dihentikan
P
|
Zaenul Hak
|
Sabtu
21 juli 2012
09.40 wita
|
3
|
S : Klien mengatakan sudah tidak mual muntah lagi
O : Klien tampak tidak mual
1. TTV Klien :
TD : 120/70 mmHg.
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,2 oC
RR : 20 x/menit
Trombosit : 152 10^3/UL
2. Mukosa bibir klien lembab.
3. Turgor kulit baik
4. Konjungtiva tidak pucat
A : Masalah Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
|
Kesimpulan
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Jumlah normal trombosit yaitu 150.000-450.000 keping, sedangkan
umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan penting pada
hemostasis karena trombosit membentuk sumbat hemostatik untuk menutup luka.
Trombositopenia yaitu keadaan dimana jumlah dalam sirkulasi kurang dari
normal trombosit, hal ini disebabkan oleh produksi trombosit berkurang,
destruksi trombosit meningkat, dan abnormal pooling trombosit.
Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit
dalam sirkulasi darah dibawah batas normal. Dalam hal ini,
trombositopenia secara khusus didefinisikan sebagai jumlah
trombosit kurang dari 100.000 trombosit/uL.
Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan
akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit, trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi
antibodi yang diinduksioleh obat, seperti yang ditemukan pada qunidin
dan emas atau oleh auto antibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya
sendiri), trombositopenia dapat timbul
akibat perusakan atau penekanan pada sumsum tulang, (misalnya,
karena keganasan atau beberapa macam obat) yang berakibat kegagalan pembentukan
trombosit, trombositopenia juga bisa
disebabkan oleh kemoterapeutik yang bersifattoksik terhadap sumsum
tulang, sehingga produksi trombosit mengalami penurunan.
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan terapi suportif dan terapi
farmakologis.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan trombositopenia:
1. Perlunya ditingkatkan komunikasi yang efektif
antara klien, keluarga dan perawat agar terbina hubungan saling percaya dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga perawat dapat mendapatkan data-data yang
dibutuhkan.
2. Sistem pendokumentasikan asuhan keperawatan
dipertahankan dan dilengkapi dengan respon klien agar asuhan keperawatan yang
diberikan lebih efektif.
3. Diharapkan pada perawat untuk tidak memanipulasi
data pasien agar dalam menegakkan diagnosa tidak salah.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 2011.
Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2003. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2012. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: IDAI.
Price dan Wilson. 1995.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Kumar, dan Cotran.
2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC